Loading...
INSPIRASI
Penulis: Katherina Tedja 01:00 WIB | Jumat, 06 Juni 2014

Menolong Elliot Rodger

Elliot Rodger dengan mobil mewahnya (foto: istimewa)

SATUHARAPAN.COM – Ketika Jumat malam, 23 Mei 2014,  Peter  Rodger dan Li Chin bergegas mendatangi pemondokan anaknya di sebuah apartemen elite dalam lingkungan perguruan tinggi UCSB, mereka telah sangat terlambat. Tiga sosok tubuh tak bernyawa telah terbaring di apartemen Elliot Rodger, dan di tempat lain anak itu telah menembak kepalanya  sendiri setelah terlebih dahulu menembak tiga lagi orang lainnya, dan menyebabkan tiga belas orang terluka.

Berapa banyak pembunuh massal yang memiliki memoar sepanjang 137 halaman? Elliot memilikinya. Memoar yang dituliskannya dengan menarik ini merinci seluruh kehidupannya selama 22 tahun. Ibunya yang bangga terhadapnya mengatakan suatu hari anaknya menjadi penulis terkenal; tentu saja saat itu Sang Ibu belum membaca memoarnya. Sesungguhnya Elliot bisa berhasil menjadi apa saja yang bermanfaat jika ia tidak terus-terusan membolos dari kuliah. Namun, yang diinginkannya hanyalah segera menjadi kaya demi mendapatkan gadis sekelas model. Maka ia membaca buku seperti The Secret dan Power of Your Subconscious Mind, yang mengajarnya memvisualisasi masa depan yang gemilang dari menang lotere, yang dibeli dengan jumlah makin besar dan harapan makin membumbung.

Apa yang salah dengan Elliot? Pada usia lima tahun, ia anak yang berbahagia. Seorang anak yang telah berpergian ke Perancis, Spanyol, Malaysia, Yunani, dan akhirnya bermigrasi ke Amerika dari negara kelahirannya, Inggris. Sepanjang hidupnya setelah itu, ia bepergian dengan penerbangan terbaik, ke tempat-tempat menarik, yang tidak selalu dapat dihargainya, dan menghadiri pesta-pesta kalangan menengah atas. Apa saja yang ia butuhkan dan inginkan, orangtuanya, terutama ibunya akan memenuhinya dengan ”ketepatan yang mengagumkan”. Contohnya: ketika notebook miliknya rusak karena kelalaiannya, ia tinggal menelepon ibunya… dan voila… sebuah notebook yang lebih canggih menjadi miliknya. Di Santa Barbara, ia mendapat kamar apartemen yang baik, dan terus mengup-gradenya, sementara orangtuanya terus membayari akomodasi yang makin mahal. Ia mengenakan pakaian mahal dari toko-toko terkenal dan mengendarai mobil mewah, BMW 3 series Coupe, di Indonesia harganya di atas satu setengah milyar rupiah.

Tidakkah sosok Elliot terlihat akrab dalam kehidupan kita? Mungkin ia tampak seperti seorang anak didik kita pada perguruan tinggi bergengsi? Mungkin ia adalah anak kita yang sangat istimewa dan kita kasihi lebih dari nyawa kita? Teman-teman kita? Diri kita sendiri? Sungguh benar, revolusi internet telah membuat dunia kita semakin global. Fenomena Elliot adalah fenomena yang bisa kita dapati di belahan dunia mana pun.

Bagaimana kita menolong orang-orang seperti Elliot? Bagaimana jika kita mulai dengan berhenti memberikan fasilitas berlebihan kepada anak-anak kita? Ketika kita mengasihi seseorang tentu kita ingin melimpahinya dengan hadiah terindah. Tidakkah terpikir bahwa hadiah terbaik yang sesungguhnya mereka butuhkan adalah diri kita, ketegasan kita, pembicaraan dari hati ke hati, dan doa kita.

Bagaimana jika kita memulainya dengan mengajarkan kepekaan dan kerendahan hati dan kasih sayang dan kepedulian kepada anak-anak kita? Mungkin di dalam lingkungan yang lebih ramah banyak Elliot-Elliot lain dapat diselamatkan?

Membantu seseorang seperti Elliot Rodger bukanlah tindakan mudah.  Ada larva panas amarah yang menggelegak dalam sanubarinya yang sepi. Namun, tidakkah semua usaha itu layak diupayakan? Karena itu memang kewajiban kita!

 

Editor: ymindrasmoro

Inspirasi: inspirasi@satuharapan.com


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home