Loading...
LAYANAN PUBLIK
Penulis: Kartika Virgianti 19:16 WIB | Kamis, 02 Januari 2014

MRT Jakarta Jelaskan Alasan Pemindahan Terminal Lebak Bulus

MRT Jakarta Jelaskan Alasan Pemindahan Terminal Lebak Bulus
Pembicara dalam konferensi pers (ki-ka), Dirut PT. MRT Jakarta, Dono Boestami; Kadishub DKI, Udar Pristono; Direktur Konstruksi PT. MRT Jakarta, M. Nasyir. (Foto: Kartika V.)
MRT Jakarta Jelaskan Alasan Pemindahan Terminal Lebak Bulus
Lahan 10 hektar di Lebak Bulus yang akan dijadikan depo MRT. (Foto: dok. PT. MRT Jakarta)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Pengerjaan konstruksi Proyek MRT (mass rapid transit) Jakarta sebagaimana telah direncanakan akan dilakukan pada awal tahun 2014 dengan pekerjaan konstruksi di sekitar terminal Lebak Bulus, Jakarta Selatan. Sebagai konsekuensi, mulai Selasa (7/1) terminal Lebak Bulus tidak akan beroperasi secara penuh dengan merelokasi bus.

Terdapat tiga pekerjaan utama yang akan segera dilaksanakan di wilayah tersebut yaitu pembangunan Depo MRT Lebak Bulus, Stasiun Layang MRT Lebak Bulus, dan pembangunan viaduct atau jembatan layang yang merupakan struktur utama MRT. 

Lokasi tiga pekerjaan tersebut berada di Jalan Pasar Jumat dan area Stadion Lebak Bulus serta Terminal Lebak Bulus. Pembangunan tersebut akan memakan lahan seluas 10 hektar, di mana MRT yang akan dibangun semuanya layang.

Sebagaimana dijelaskan Direktur Utama PT. MRT, Dono Boestami, dalam konferensi pers terkait penutupan terminal Lebak Bulus untuk keperluan konstruksi MRT pada Kamis (2/1), karena alasan pembagunan depo maka terminal ini tidak lagi melayani Bus AKAP (Antar Kota Antar Provinsi) yang selama ini beroperasi di sana.

Pengoperasian Bus AKAP direlokasi ke Terminal Kampung Rambutan, Terminal Kalideres, Terminal Pulogadung dan Terminal Pulogebang. Terminal Lebak Bulus masih akan beroperasi secara terbatas khusus untuk Bus TransJakarta dan angkutan dalam kota (angkot).

Dalam pengoperasiannya nanti, kereta MRT yang membutuhkan pemeliharaan akan masuk depo, sedangkan yang tidak perlu bisa jalan terus. Terminal MRT Lebak Bulus ini akan menggunakan sitem mezanin, di mana transportasi dan pejalan kaki akan dibuat terpisah, tidak bertabrakan.  

Selain itu dikatakan juga oleh Dono, pohon yang ditebang untuk kepertluan konstruksi MRT, yang sebelumnya dianggap mengancam keberadaan ruang terbuka hijau (RTH) di Jakarta, akan ditanam kembali begitu proyek selesai.  

Integrasi Ticketing

Terkait dengan rencana integerasi tiket MRT ini, Dono menjelaskan nanti akan ada hitung-hitungan secara operasionalnya, termasuk berapa subsidinya yang akan diberikan Pemprov DKI. Tendernya sendiri akan mulai pada pertengahan Januari, yaitu menyiapkan sistem untuk tiket, pintu masuk (gate), pengoperasian, pemeliharaan, dan lain sebagainya.

Kemungkinan sistem ini akan disiapkan bulan ini atau awal bulan depan, yang jelas Dono menuturkan pihaknya tidak terlalu terburu-buru untuk urusan ini. Hal terpenting bagi dia adalah pendanaan sudah jelas, dan fokusnya adalah membangun secepatnya.

“Kami akan hitung lagi secara operasional, itu yang akan kami kasih ke Pemda. Konsep kita sudah ada, di Dukuh Atas, Lebak Bulus, dan untuk stasiun-stasiun lain. Kami juga bisa kerjasama dengan PD. Pasar Jaya. Konsep pengembangan TOD (ticket on departure), bisa integrasi dengan gedung kantor, KRL (kereta api listrik) seperti di Dukuh Atas, nanti di situ ada jalur kereta bandara.” jelas Dono.  

Sudah Disosialisasikan Sebelumnya

Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta, Udar Pristono, terkait masalah demo yang dilakukan para supir angkutan umum termasuk supir bus AKAP, angkot, bus-bus sedang, sampai warga sekitar terminal, dia terangkan bahwa pihaknya sudah mensosialisasikan sejak setahun lalu.

“Sudah disosialisasikan sejak setahun lalu, bukan tidak dioperasikan hanya dikurangi fungsinya. Ini kan sudah ada pengantinya, kalau warga belum mengerti juga kita akan terus sosialisasikan, kita jelaskan, karena pembangunan ini harus tetap berjalan,” tandas Pristono. 

Prinsip TMDC (traffic management during construction) yaitu jika mengambil lajur di suatu tempat, harus mengganti dengan lajur yang baru. Misalnya dari enam lajur yang ada, yang satu lajur dikurangi satu meter saja tidak apa-apa, tapi lajurnya harus tetap enam lajur.

Sedangkan halte bus TransJakarta yang dihilangkan, akan dikompensasi dengan pelebaran halte sebelum dan sesudah halte yang dihilangkan tersebut, di mana pelebarannya juga sudah disesuaikan dengan penghitungan jumlah warga pengguna setiap harinya.

Misalnya seperti di halte busway Bundaran HI akan dibongkar, dan sebagai gantinya halte Tosari dan Sarinah akan dipanjangkan. Serta Halte busway Karet dan Setiabudi akan digabung.

“Halte busway akan bergeser mulai Januari ini, masyarakat Jakarta harus mulai terbiasa jalan kaki,” tandas Pristono.

 

Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home