Loading...
SAINS
Penulis: Dewasasri M Wardani 11:01 WIB | Senin, 05 September 2016

Museum Etnobotani Menjadi Museum Nasional Sejarah Alam Indonesia

Ilustrasi Museum Etnobotani di Kota Bogor yang menjadi Museum Nasional Sejarah Alam Indonesia. (Foto: bogor-today.com)

BOGOR, SATUHARAPAN.COM - Museum Etnobotani Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang terletak di Jl. Juanda Kota Bogor, Jawa Barat resmi diluncurkan menjadi Museum Nusantara Sejarah Alam Indonesia baru-baru ini. Peluncuran ini dilaksanakan oleh berbagai pihak terkait, seperti LIPI, Pemerintah Kota Bogor, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dan United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO).

Pembangunan Museum Nasional Sejarah Alam Indonesia, merupakan pengembangan Museum Etnobotani yang telah berdiri sejak 1982. “Museum yang dikembangkan ini menyimpan berbagai macam koleksi flora dan fauna Indonesia, asal muasal alam, hingga sejarah perkembangan manusia,” kata Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Hayati (IPH) LIPI, Enny Sudarmonowati dalam kegiatan Soft Launching Museum Nasional Sejarah Alam Indonesia, seperti yang dilansir situs lipi.go.id.

Museum tersebut dikembangkan secara bertahap dari 2016 hingga 2019. “Pada 2016, ditargetkan terbangun dua lantai dari lima lantai yang akan dibangun hingga  2019. Sedangkan, luas keseluruhan museum mencapai 6.000 m2,” kata Enny.

Menurutnya, pengembangan museum itu semakin menambah aset bangsa dalam  mendokumentasikan perjalanan asal muasal alam dan manusia. “Saat ini, LIPI dengan Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kemendikbud sedang menyusun story line untuk mendesain penataan letak koleksi,” katanya.

“Konsep pengembangan museum ini, menggunakan format modern, yaitu memanfaatkan teknologi informasi dengan tema edukatif, kreatif, dan inspiratif. Informasi yang disampaikan akan dikemas semenarik mungkin, sehingga masyarakat khususnya pelajar tertarik dan paham tentang kekayaan hayati kita,” katanya.

Enny menambahkan, untuk kemudahan akses secara menyeluruh, maka ke depannya akan dibuat tiket terusan antara Kebun Raya Bogor dengan Museum Nasional Sejarah Alam Indonesia dan Museum Balai Kirti yang ada di Istana Presiden RI Bogor.

Selain itu, kemudahan akses akan ditunjang pula dengan rencana pembangunan jalan underpass, yang menghubungkan lokasi tersebut dengan melibatkan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (KemenPUPR) dan Pemerintah Kota Bogor.

“Sedangkan, pengelolaan museum ini akan melibatkan pihak swasta, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), lembaga swadaya masyarakat bidang lingkungan, yayasan, individu, dan instansi pemerintah terkait,” katanya.

Deklarasi Bogor

Sementara itu, bersamaan dengan peluncuran museum tersebut, telah pula dibuat kesepakatan dalam bentuk penandatanganan Deklarasi Bogor “Museum Nasional Sejarah Alam Indonesia”. Penandatanganan ini dilakukan oleh Wakil Kepala LIPI, Wali Kota Bogor, perwakilan Kemendikbud, perwakilan Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan PBB (UNESCO), dan pihak terkait lainnya. Penandatanganan itu bertujuan sebagai kesepakatan bersama untuk menjaga peninggalan sejarah Indonesia khususnya yang berada di Kota Bogor.

Wali Kota Bogor, Bima Arya Sugiarto menyambut baik peluncuran museum dan deklarasi tersebut. Khusus untuk kehadiran museum, katanya, akan mengingatkan sekaligus menggambarkan kembali tentang Bogor sebagai kota pusaka.

Ia juga, mengharapkan tujuan favorit wisatawan ke Kota Bogor di masa datang tidak hanya terbatas pada kuliner dan Kebun Raya Bogor saja, melainkan juga bisa mengunjungi museum yang memang sangat menarik dan nyaman. "Semoga para generasi muda mempunyai hasrat dan passion untuk menghabiskan waktunya di museum," kata Bima.

Di lain pihak, Wakil Kepala LIPI Akmadi Abbas, melihat kehadiran museum itu diharapkan mampu menampung beragam koleksi kekayaan keanekaragaman hayati dan ekosistem dari seluruh Indonesia. “Anugerah kekayaan biodiversitas yang dimiliki sudah seharusnya dipelihara dengan memberikan pemahaman yang baik tentang alam di masyarakat melalui sebuah museum,” katanya.

 Apalagi, kata Akmadi, kekayaan alam Indonesia saat ini sedang mengalami tekanan akibat komersialisasi hutan di Indonesia. Tingginya ancaman tersebut tidak hanya mempengaruhi kehidupan flora dan fauna, tetapi juga berpengaruh pada budaya, lingkungan dan keberlangsungan hidup manusia, katanya.

Editor : Diah Anggraeni Retnaningrum


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home