Loading...
DUNIA
Penulis: Yan Chrisna Dwi Atmaja 06:07 WIB | Sabtu, 29 Maret 2014

Obama Kunjungan Resmi ke Arab Saudi

Obama Kunjungan Resmi ke Arab Saudi
Raja Saudi Abdullah menerima Presiden AS Barack Obama di Riyadh pada hari Jumat (28/3). (Foto: AFP)
Obama Kunjungan Resmi ke Arab Saudi
Presiden AS Barack Obama saat baru tiba di Riyadh ibu kota Arab Saudi. (Foto: alarabiya.net)
Obama Kunjungan Resmi ke Arab Saudi
Helikopter Marinir AS mengawal Presiden AS Barack Obama ke Rawdat Khurayim, daerah di timur laut Riyadh. (Foto: AFP)

RIYADH, SATUHARAPAN.COM - Presiden Barack Obama memulai kunjungan resmi untuk memperbaiki hubungan ke kerajaan Arab Saudi pada hari Jumat (28/3) dan bertemu dengan Raja Abdullah dalam pembicaraan yang akan difokuskan pada perdamaian Timur Tengah, Iran, dan untuk memperkuat oposisi Suriah.

Raja Abdullah menerima Obama di Rawdat Khurayim, sebuah kamp gurun sekitar 60 kilometer timur laut Riyadh setelah Presiden AS mendarat di ibu kota Arab Saudi.

Sebuah pernyataan Gedung Putih mengatakan: "Dalam pertemuan dengan Raja Abdullah di Riyadh, Presiden Obama menegaskan kembali pentingnya Amerika Serikat dalam hubungan yang kuat dengan Arab Saudi, yang telah bertahan selama lebih dari 80 tahun."

"Amerika Serikat dan Arab Saudi bekerja sama untuk mengatasi sejumlah isu bilateral dan regional penting, termasuk solusi untuk krisis Suriah, mencegah Iran memiliki senjata nuklir, upaya kontraterorisme untuk memerangi ekstremisme, dan mendukung negosiasi untuk mencapai perdamaian di Timur Tengah,” kata pernyataan Gedung Putih.

Meskipun sudah beraliansi puluhan tahun, Amerika Serikat dan Arab Saudi menghadapi keretakan hubungan cukup besar dalam beberapa tahun terakhir akibat kebijakan Obama pada Iran dan keterlibatan AS dalam krisis di Suriah.

Kantor berita Reuters mengutip seorang pejabat senior AS mengatakan bahwa Presiden Obama dan Raja Saudi Abdullah membahas "perbedaan taktis" dalam pendekatan mereka untuk beberapa masalah, tapi kedua belah pihak setuju untuk tetap selaras dalam hal strategis.

Obama juga meyakinkan Raja Abdullah bahwa Amerika Serikat tidak akan menerima kesepakatan senjata nuklir dengan Iran, kata pejabat itu menambahkan bahwa Washington tetap khawatir tentang pemberian senjata antipesawat tempur untuk pemberontak Suriah.

Tahun lalu pejabat senior Arab Saudi telah memperingatkan bahwa Arab Saudi berencana melakukan "perubahan besar" atas hubungannya dengan Washington setelah adanya perbedaan kebijakan terhadap "musim semi Arab" pemberontakan, dan kebijakan terhadap Iran dan Suriah, di mana Riyadh menginginkan lebih banyak dukungan Amerika bagi pemberontak.

Wakil penasehat keamanan nasional AS Ben Rhodes kepada wartawan yang ikut dalam pesawat Air Force One menuju ke Arab Saudi mengatakan bahwa masalah utama yang akan dibicarakan pada pertemuan Obama dengan Abdullah termasuk keamanan wilayah Teluk, perdamaian Timur Tengah, Suriah, Iran, dan Mesir, menurut kantor berita AP.

Menteri Luar Negeri John Kerry ikut mendampingi Obama pada pertemuan resmi ketiga Presiden dengan Raja Arab Saudi dalam enam tahun terakhir.

Mengenai krisis Suriah, Rhodes mengatakan bahwa Obama tidak berencana membuat kebijakan khusus mengenai bantuan tambahan kepada pasukan oposisi. Dia mengatakan Amerika Serikat dan Arab Saudi telah bekerja sama erat dalam mengkoordinasikan bantuan mereka kepada para pemberontak.

Rhodes mengatakan bahwa koordinasi itu telah membantu hubungan AS dengan Arab Saudi "di tempat yang lebih kuat daripada sebelumnya ketika ada beberapa perbedaan taktis tentang kebijakan Suriah."

"Kami berada di tempat yang lebih baik hari ini daripada tujuh bulan lalu " kata Rhodes.

Sebelumnya Arab Saudi kecewa dengan rencana AS membatalkan serangan militer ke Suriah, dan lebih memilih melucuti senjata kimia Presiden Suriah Bashar Assad.

Rhodes mengatakan Obama akan menjelaskan lagi pada Raja tentang pembicaraan nuklir dengan Iran. Dia mengatakan Obama juga akan meyakinkan Arab Saudi bahwa perundingan AS dengan Iran tidak berarti kekhawatiran AS tentang kegiatan Iran lainnya telah berkurang, termasuk dukungan untuk Assad dan Hizbullah, serta aktivitas destabilisasi di Yaman dan Teluk.

"Kekhawatiran mereka tetap konstan dan kami tidak dengan cara apapun menegosiasi isu-isu tersebut dalam pembicaraan nuklir," kata Rhodes. (alarabiya.net)


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home