Loading...
RELIGI
Penulis: Prasasta Widiadi 11:17 WIB | Minggu, 20 November 2016

Organisasi Berbasis Keimanan Ingin COP22 Bertindak Nyata

Koordinator World Council of Churches (WCC) Working Group on Climate Change, Kelompok Kerja Dewan Gereja Dunia tentang Perubahan Iklim, Henrik Grape. (Foto: oikoumene.org)

MARRAKECH, SATUHARAPAN.COM – Koordinator World Council of Churches (WCC) Working Group on Climate Change, Kelompok Kerja Dewan Gereja Dunia tentang Perubahan Iklim, Henrik Grape menghendaki “UN Climate Change Conference” atau konferensi Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) tentang perubahan iklim (COP22) yang berlangsung di Maroko menghasilkan tindakan nyata  untuk mengarahkan dunia menuju masa depan yang lebih adil dan berkelanjutan.

"Ini benar-benar penting bagi COP 22 untuk menerjemahkan harapan dihasilkan di Paris tahun lalu menjadi ambisi yang lebih tinggi dan tindakan nyata", kata Grape, seperti diberitakan oikoumene.org, hari Jumat (18/11) desakan tersebut dia kemukakan dalam salah satu sesi COP22, hari Kamis (17/11).

Berbicara atas nama organisasi non-pemerintah berbasis agama dia mengatakan Agenda Pembangunan Berkelanjutan (Agenda for Sustainable Development) 2015-2030, dan Perjanjian Paris adalah dua instrumen penting berskala internasional yang berpotensi untuk mengarahkan dunia menuju masa depan yang lebih adil dan berkelanjutan.

Dia mengatakan bahwa negara-negara industri dan kaya secara historis merupakan negara utama penghasil polusi  dan penerima manfaat dari emisi gas rumah kaca, menurut dia saat ini adalah momen yang tepat bagi negara-negara tersebut memiliki kewajiban moral untuk bertindak dan bertindak.

“Sebagai persekutuan orang-orang beriman, kita membawa harapan yang mendorong kita untuk berbicara dan bertindak. Yang miskin, generasi masa depan dan penciptaan dirinya harus menjadi pusat dari setiap kebijakan iklim dan kesepakatan,” kata Grape.

COP22, juga disebut "COP Aksi" digelar di Marrakech , Maroko berlangsung antara 7-18 November. Delegasi dari ACT Alliance, Lutheran World Federation dan WCC bersama-sama menuntut transisi yang lebih cepat untuk ekonomi rendah karbon berdasarkan energi bersih untuk membendung kenaikan suhu global.

“Harapan ini mendorong kita untuk berpartisipasi dalam ziarah keadilan dan perdamaian di bumi dan dengan bumi - hadiah dan rumah bagi kita semua, dan karunia seharusnya untuk dibagikan dan dinikmati dengan cara yang adil dan berkelanjutan,” kata dia.

Grape meminta pihak COP22 untuk menunjukkan bahwa Perjanjian Paris adalah hal yang nyata dan perjanjian tersebut digunakan untuk meningkatkan ambisi untuk menjaga kenaikan suhu rata-rata global di bawah 1,5 derajat Celcius.

Dia juga menyerukan transisi cepat menuju ekonomi rendah karbon melalui mengakhiri subsidi bahan bakar fosil dan meningkatkan investasi di energi terbarukan.

WCC juga terpanggil untuk memastikan bahwa berbagai mekanisme di bawah “UN Framework Convention on Climate Change” atau Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim, seperti adaptasi, kerugian dan kerusakan, kapasitas dan keuangan, dikembangkan untuk berkontribusi bagi masyarakat secara adil.  

Grape mengemukakan bahwa memberi dukungan secara transparan dan berkelanjutan untuk negara-negara miskin dan rentan dari negara-negara kaya dan maju sangat penting. (oikoumene.org)

Editor : Diah Anggraeni Retnaningrum


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home