Loading...
BUDAYA
Penulis: Moh. Jauhar al-Hakimi 09:45 WIB | Jumat, 01 Maret 2019

Pameran Senir Rupa "Luar Batas"

Pameran Senir Rupa "Luar Batas"
Karya instalasi yang dibuat seniman Agung Manggis dalam pameran “Luar Batas” di Kembang Jati art house. (Foto-foto: Moh. Jauhar al-Hakimi)
Pameran Senir Rupa "Luar Batas"
“Bapak dan Anak” karya Ekwan Marianto (belakang) dan lukisan dalam medium meja kayu karya Yamin (depan)
Pameran Senir Rupa "Luar Batas"
Seniman-perupa Nasirun di depan karya berjudul “Natural Harmony” saat pembukaan pameran “Luar Batas”, Rabu (27/2) malam.

YOGYAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Tiga belas seniman-perupa mempresentasikan karya dari proses eksplorasi pada berbagai medium. Pameran bertajuk “Luar Batas” dibuka pengajar Seni Rupa ISI Yogyakarta Edi Sunaryo, Rabu (27/2) malam di Kembang Jati art house.

Ketiga belas seniman-perupa tersebut adalah Ahmad Alwi, Agung Manggis, Beni Rismanto, Budi Yonaf, Ekwan Marianto, Ekki, Karte Wardaya, Lukman, Ifat Futuh, Martopo Waluyono, Meuz Prast, Yoyok Siswoyo, Yamin.

Tema Luar Batas diambil sebagai semangat mengeksplorasi ide, konsep, medium, hingga eksekusi karya diluar kebiasaan yang kerap dilakukan seniman-perupa yang lebih banyak berkarya dalam dua matra. Setidaknya ada dua hal yang ditawarkan: mengalihmediakan karya konvensional mereka ke medium baru atau merespon berbagai kemungkinan yang ada (teknik, medium/material, konsep) ke dalam sebuah karya.

“Ini menarik karena akan ada banyak kemungkinan yang terjadi. Bisa jadi saling menginspirasi atau bahkan mencuri ide dari seniman lain. Dan itu sah-sah saja (dalam proses kreatif),” jelas Edi Sunaryo dalam sambutan pembukaan pameran.

Salah satunya Ahmad Alwi dalam karya berjudul Natural Harmony. Alwi yang kerap membuat lukisan dengan obyek-obyek abstrak yang dibentuk dari garis-garis, dalam karya terbarunya membuat lukisan dari benang warna warni menggantikan cat dan tanpa kanvas. Menariknya, Alwi membuat lukisan benang tersebut pada dua sisi bingkai karyanya.

Dalam karya berjudul Perjamuan Seni Rupa Lukman memindahkan karya dua matranya dengan cat besi dan cat akrilik ke dalam medium kayu dan kaca. Sementara Ekwan Marianto dalam karya berjudul Bapak dan Anak mengalihrupakan karya yang bersumber dari karya dua matranya. Hingga saat ini Ekwan masih terus melakukan proses kreatif mengalihmediakan karya-karya lukisannya menjadi karya tiga matra tanpa kehilangan ciri khas karyanya. Pengalihrupa-mediaan tersebut memberikan tawaran kepada pengunjung untuk melihat karya Lukman maupun Ekwan dari berbagai sudut pandang yang berbeda.

Agung Manggis mencoba bermain-main dalam konsep proses pencetakan memanfaatkan mesin ketik, cat akrilik, dan kanvas dalam sebuah perbincangan-dialog lintas era. Sebagai sebuah karya instalasi, mesin ketik saat ini hampir menjadi artefak penting bagi sejarah perjalanan dunia media cetak sebelum tergantikan oleh teknologi yang lebih maju, bahkan dalam perjalannya mesin cetak pun sudah mulai tergeser oleh pola layanan yang sudah semakin meninggalkan kertas dan barang cetak lainnya (paperless).

Bisa jadi Agung Manggis sedang menawarkan gambaran bahwa suatu saat seni rupa pun sudah minim dalam penggunaan medium-material fisik tergantikan oleh medium berbasis teknologi digital. Karya seni rupa dengan multiplatform dan sentuhan teknologi salah satunya berbasis multimedia sudah bisa disaksikan dengan hadirnya karya graff-mapping menggabungkan karya grafiti dalam sebuah video mapping yang dinamis.

 Dalam konteks ini, seniman-perupa Alie Gopal dalam dua tahun terakhir kerap melakukan proses kreaatif secara digital. Dalam akun instagram-nya @aliegopal, Alie Gopal memberikan tanda pagar (hastag) #digitalpainting untuk seluruh karya dua matranya yang dibuat menggunakan gawai pintarnya.

Alih media-rupa karya seni memberikan tantangan beragam tergantung ekplorasi seniman-perupa memberikan sentuhan-respon pada karya alih rupanya dan tidak semata-mata hanya terjebak untuk mengejar kebentukan semata. Turning point-nya adalah membangun kesadaran baru terhadap realitas yang  selalu hadir dan terus berkembang. Inilah salah satu tantangan besar seniman-perupa merespon dan mengeksplorasi seluruh realitas dan dinamika yang ada ketika dunia sudah semakin tidak berjarak dan terhubung dalam waktu singkat, dimana perkembangan teknologi pun semakin berlari kencang ibarat pisau bermata ganda: bisa memudahkan sekaligus bisa merepotkan.

Pameran seni rupa "Luar Batas" akan berlangsung hingga 27 Maret 2019 di Kembang Jati art house Jalan Kesejahteraan Sosial No. 6 Ngestiharjo, Kasihan-Bantul.

 


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home