Loading...
EKONOMI
Penulis: Ignatius Dwiana 21:07 WIB | Senin, 12 Agustus 2013

Pameran Ulos Merdi Sihombing Berbahan Dasar Alami

Pameran Ulos Merdi Sihombing Berbahan Dasar Alami
Pelbagai kain ulos yang dipamerkan (foto-foto: Ignatius Dwiana).
Pameran Ulos Merdi Sihombing Berbahan Dasar Alami
Ulos yang dikenakan raja.
Pameran Ulos Merdi Sihombing Berbahan Dasar Alami
Foto besar mendokumentasikan ritual tarian yang dulu dilarang Misonaris Rhenish. Pada tahun 1938, ritual ini kembali diperbolehkan. Dalam ritual ini, penari utamanya menggunakan tangan dengan hiasan rambut yang ditata tinggi dan menggunakan perhiasan permata. Patung kepala di depan foto besar adalah pelbagai hiasan rambut dan penutup kepala yang digunakan suku Batak.
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Produk tekstil tenun tradisi memiliki ciri khas karena sangat ramah lingkungan dan mementingkan perkembangan berkelanjutan dengan pewarnaannya yang alami. Arus perubahan dunia mendukung itu. Di negera-negara Eropa, semua produk tekstil akan ditolak apabila tidak ramah lingkungan. Desainer busana Merdi Sihombing  menangkap dan mengerti arus perubahan dunia ini.
 
Merdi Sihombing menyuguhkan produk tekstil warisan leluhur Batak yang berbahan baku alami dalam pameran produk tekstil bertema Travels in Cloth Partonun Ulos. Pameran ini berlangsung Jum’at, 19 Juli – Jum’at, 16 Agustus 2013 di Galeri Nasional Jakarta.
 
“Semangat Bhinneka Tunggal Ika sangat  kental terasa dalam kain-kain warisan nenek moyang yang kita miliki. Tetapi belakangan ini seperti sudah luntur seiring gencarnya proses globalisasi dan efek penyeragaman yang dibawanya. Sudah saatnya para generasi muda desainer tekstil Indonesia bangkit dengan menggali keberagaman yang telah kita miliki dan membuat semacam tren dunia.” Kata seniman Enrico Soekarno bertindak sebagai kurator.
 
Lanjutnya, “Dia (Merdi Sihombing) juga berhasil melakukan revitalisasi tenun tanpa meninggalkan ciri khas, filosofi, maupun nilai-nilai tradisi yang terkandung di dalamnya. “
 
Sementara Iriantine Karnya melihat perlunya peran pemerintah yang kuat untuk mendukung produk tekstul Indonesia.
 
“Pemerintah perlu melihat ke beberapa negara seperti India, Thailand, dan Vietnam yang mendukung penuh dan mempertahankan budayanya maupun pelaku produk budayanya sehingga mereka dapat bersaing di pasar global. Jika pemerintah Indonesia tidak segera mengembalikan semangat keberagaman dan mendukung komunitas tersebut, kekayaan budaya warisan nenek moyang kita pasti akan punah dan kalau sudah begitu apa jadinya ke-Bhinneka-an kita?” Kata Iriantine Karnya yang adalah pengajar di Fakultas Seni Rupa Institut Kesenian Jakarta (IKJ).
 
Selain ulos, turut dipamerkan juga benda-benda khas kekayaan budaya Batak sehingga memahami kedalaman budaya dan filosofinya. Di antara yang dipamerkan, benda ukir, patung, gambar, foto, dan hiasan kepala.
 
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja

BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home