Loading...
INDONESIA
Penulis: Martahan Lumban Gaol 15:22 WIB | Sabtu, 12 Maret 2016

Pastor John: Jokowi Mau Buat Rakyat Papua Menderita?

Pastor John Jonga saat menjadi pembicara dalam diskusi bertema ‘Perjuangan HAM dan Kriminalisasi Para Pegiat HAM di Papua’ di Wisma PGI, kawasan Menteng, Jakarta Pusat, hari Sabtu (12/3).

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Pastor John Jonga menilai langkah Presiden Joko Widodo membangun sejumlah proyek infrastruktur di tanah Papua hanya akan membuat rakyat di wilayah paling timur Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) semakin menderita.

Sebab, menurutnya, lokasi pembangunan proyek infrastruktur yang direncanakan Presiden Jokowi akan menghancurkan hutan dan lahan perkebunan sagu di tanah Papua.

“Jokowi datang ke Papua katanya mau mendengar rakyat Papua, tapi mana? Dia datang malah mau buat proyek yang menghancurkan hutan dana lahan perkebunan sagu,” kata Pastor John dalam diskusi bertema ‘Perjuangan HAM dan Kriminalisasi Para Pegiat HAM di Papua’ di Wisma PGI, kawasan Menteng, Jakarta Pusat, hari Sabtu (12/3).

Dia melanjutkan, Presiden Jokowi kemudian mencanangkan penanaman padi di Kota Merauke. Menurutnya, hal tersebut tidak sesuai dengan masyarakat Papua, sebab makanan utama masyarakat di wilayah paling timur NKRI itu adalah sagu.

“Ini orang gila apa? Ini hanya akan semakin membuat masyarakat Papua menderita,” ujar Pastor John.

Kemudian, dia mengatakan, bila berbicara masalah Papua hanya menghasilkan dua hal, yakni tangis dan tawa. Tawa karena tanah Papua memiliki berbagai macam cerita menarik dan lucu. Sementara tangis, lahir dari banyaknya kesedihan di sana.

Presiden Jokowi telah menegaskan berulang kali terkait keseriusan pemerintah pusat memprioritaskan pembangunan infrastruktur di tanah Papua.

Dalam kunjungan terakhirnya yang dilakukan di penghujung tahun 2015 silam, Presiden Jokowi meresmikan Bandar Udara Wamena dan Bandar Udara Kaimana. Presiden Jokowi pun sempat mengunjungi Kota Sorong‎ dan Raja Ampat, serta meninjau pabrik sagu.

Pastor John Djonga menjadi pembicaraan akhir-akhir ini karena ia diperiksa polisi terkait dengan pembukaan kantor United Liberation Movement for West Papua di Wamena pada 15 Februari lalu.  Sebenarnya ia diundang untuk memimpin ibadah peresmian kantor Dewan Adat Papua dan kantor adat Baliem Lapago.  Namun dalam acara itu dibentangkan juga papan nama kantor ULMWP. ULMWP merupakan organisasi yang tercatat sebagai pengamat di forum Melanesia Spearhead Group (MSG), yang beranggotakan negara-negara berpenduduk Melanesia.

“Saya diberitahu tanggal 14 Februari untuk peresmian kantor dewan adat. Saat itu saya tidak tahu bahwa akan ada peresmian kantor ULMWP juga,” kata Pastor John kepada ucanews, pada hari Selasa (23/2).

Ia menjelaskan, dirinya merasa perlu hadir karena dewan adat adalah forum yang memang memberi perhatian pada kebutuhan dasar masyarakat Papua.

“Dewan adat memperjuangkan agar masyarakat Papua bisa bangkit dari kemiskinan, bersama-sama melawan pelanggaran HAM dan masalah sosial lain,” katanya.

“Kehadiran saya resmi seorang imam. Karena itu, surat pemanggilan saya harus ada tembusan kepada pimpinan saya, Uskup Jayapura,” ujarnya.

Pastor John Djonga  pada tahun 2009 menerima Yap Thiam Hien Award, sebuah penghargaan HAM tingkat nasional.

Editor : Eben E. Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home