Loading...
BUDAYA
Penulis: Ignatius Dwiana 12:28 WIB | Kamis, 20 Maret 2014

Peluncuran 5 Buku Antologi Puisi Esai 23 Penyair Diwarnai Protes

Protes di acara peluncuran 5 buku antologi puisi esai 23 penyair. (Foto: Ignatius Dwiana)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Peluncuran lima buku antologi puisi esai 23 penyair di Teater Kecil Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta pada Rabu (19/3) diwarnai protes. Protes datang dari komunitas sastrawan dan pecinta sastra yang menyebut diri ‘Aliansi Anti Pembodohan (AAP)’.

AAP sempat membentangkan spanduk di pintu keluar masuk Teater Kecil. Polisi yang menjaga lokasi acara peluncuran buku meminta AAP membubarkan diri setelah beberapa menit aksi berlangsung.

Henri yang merupakan Koordinator AAP Wilayah Ciputat menyebutkan tindakan protes membentangkan spanduk itu dilakukan sebagai bentuk gerakan moral.

Menurutnya, peluncuran lima buku antologi puisi esai 23 penyair itu merupakan kelanjutan buku ‘33 Tokoh Sastra Indonesia Paling Berpengaruh’ yang menobatkan Denny JA sebagai tokoh paling berpengaruh di dunia sastra.

 “Ini kelanjutannya. Kami anggap ini sebagai ajang pembodohan. Sastra sudah dipolitisir Denny JA. Makanya kami perlu mengadakan gerakan moral ini,” kata Henri.

Dia mengatakan tidak mempermasalah genre puisi esai yang diciptakan Denny JA. “Itu tidak apa-apa bagi kami, karena itu hak setiap orang untuk membuat sebagai genre. Tetapi ketika dia mempolitisir, mentokohkan sebagai tokoh sastra paling berpengaruh, itu yang paling kami permasalahkan.”

Henri menyebutkan Denny JA belum bisa dianggap sebagai tokoh paling berpengaruh di dunia sastra. Apalagi Denny JA ketika disejajarkan dengan sejumlah tokoh sastra lainnya seperti Rendra maupun Pramoedya Ananta Toer seperti dalam buku ‘33 Tokoh Sastra Paling Berpengaruh’.  “Itu yang menurut kami belum layak.” pungkasnya.

Buku ‘33 Tokoh Sastra Indonesia Paling Berpengaruh’ diluncurkan pada Januari 2014 lalu versi Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin. Buku itu menuai kecaman karena dinilai mencederai integritas dan moral dunia sastra.

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home