Pengamat: Pemilih Rasional Cenderung Memenangkan Ahok
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Pasangan calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta nomor urut 2, Basuki Tjahaja Purnama dan Djarot Saiful Hidayat, dinilai tampil dalam debat perdana Pilkada malam ini dengan kalimat-kalimat sederhana yang tidak klise dan berbicara fakta. Pemilih rasional dinilai cenderung memilih mereka.
Hal ini dikemukakan sejumlah netizen yang mengikuti debat ini lewat komentar-komentar mereka di medsos, antara lain dari Dr. Thamrin Amal Tomagola, sosiolog dari Universitas Indonesia.
"Visi-misi pasangan calon nomor l jelas, program unggulan tidak fokus, pasangan calon 2 visi-misi jelas, program unggulan terfokus; pasangan calon 3 visi muluk-muluk, tidak fokus," kata dia.
Sedangkan dalam sesi ke-2, kata dia, pasangan calon nomor 1 program pengurangan kemiskinannya melebar dan tidak fokus: paslon 2 sangat fokus dengan bukti kinerja; paslon 3 masih retorika," lanjut dia.
Sementara itu, pengamat komunikasi, Effendi Gazali, mengatakan Ahok tampil sangat rileks. "Tidak bisa dipancing. Tidak seperti yang diperkirakan akan terpancing emosinya. Ia sangat menguasai pegalaman, dengan indikator-indikator. Kalau pemilih rasional, akan cenderung memenangkan Ahok," kata pengajar Universitas Indonesia itu, dalam sebuah dialog di stasiun televisi.
Hal ini semakin jelas, bila menyimak metafora yang dikemukakan oleh Dosen dan Pengamat Asia Tenggara di Australian National University, Ross Tapsel, yang dikutip oleh BBC, menggambarkan ketiga paslon.
Ia mengatakan sebagai berikut: Anies: tak ada rincian kebijakan spesifik; Ahok: terlalu banyak rincian kebijakan; Agus: memakai kemeja bagus. (Anies: no specific policy details. Ahok: too many policy details. Agus: wears a nice shirt)
Berdasarkan pengamatan satuharapan.com, sejak awal debat, Ahok memang berbicara dengan nada bicara yang rendah, dan langsung membuka diri untuk dikoreksi bila selama ini dianggap salah.
"Ada yang mengatakan tak apa tak santun asal jujur, ada juga yang mengatakan yang penting santun kendati tidak jujur. Namun yang paling ideal tentu berintegritas, dengan intergitas yang baik, dan santun. Beruntung saya berpasangan dengan Pak Djarot: Saya bisa terus belajar untuk lebih santun sebagai pejabat publik," kata Ahok, dengan lugas seolah membuka diri terhadap kritik yang selama ini diarahkan kepadanya karena sering berbicara bernada kasar.
Ia juga menyadari kritik masyarakat terhadapnya. Namun di sisi lain, ia mengungkapkan bahwa ia ingin dinilai juga dari apa yang dikerjakannya.
"Banyak warga memang hanya melihat penampilan saya yang dianggap temperamental. Tapi banyak juga yang melihat hasil nyata: sungai lebih bersih, misalnya," tutur dia.
Ketika memaparkan visinya, Ahok menekankan perlunya pembangunan secara terukur.
Dalam membangun Jakarta, kata dia, yang terutama adalah membangun manusia dan kemajuannya harus ditunjukkan dengan indikator-indikator. Dan pada malam ini ia menyodorkan indikator, yaitu Indeks Pembangunan Manusia. "Jakarta sudah mencapai 78,99 Kita hampir menyamai indeks dunia yang tinggi," tutur dia.
"Visi kami terukur dengan angka, yaitu Indeks Pembangunan Manusia. Jakarta berhasil terima 4 piagam dalam hal pembangunan manusia," kata Ahok.
Menurut Ahok, sangat penting untuk menciptakan birokrasi yang bersih transparan dan profesional. Sebab, tak mungin program ekonomi atau apa pun bisa tercapai tanpa birokrasi yang demikian.
Di bagian lain, Ahok mengeritik program yang diajukan pasangan calon nomor urut I, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan Silviana Murni yang berencana membagikan Bantuan Langsung Tunai (BLT). "Kami tak setuju pada Bantuan Langsung Tunai, karena tidak mendidik. Seperti orang tua, yang mendidik yang rajin mendapatkan sesuatu, yang tidak rajin tidak mendapatkan," kata Ahok.
Ahok mengatakan untuk mengatasi kemiskinan, ia menawarkan enam program. Pertama, program jaminan kesehatan, memberikan jaminan pendidikan, memberikan jaminan perumahan, transportasi, Sembako dengan harga yang stabil dan menawarkan modal usaha dengan pola bagi hasil.
"Kami akui rasio Gini (rasio kesenjangan) di DKI Jakarta memang lebih tinggi. Namun ketika kami masuk tahun 2013, rasio Gini DKI jauh lebih tinggi," kata dia. Sementara itu, ia memastikan bahwa tingkat pengangguran sudah turun menjadi 6 persen dibanding sebelumnya 8 persen.
Editor : Eben E. Siadari
Antisipasi Cuaca Esktrem, Modifikasi Cuaca Dilakukan Hingga ...
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM-Pemerintah akan terus melakukan modifikasi cuaca sebagai bentuk antisipasi ...