Loading...
EKONOMI
Penulis: Prasasta Widiadi 22:35 WIB | Jumat, 08 Mei 2015

Pengamat: Presiden Harus Kembangkan Sumber Energi Baru

Pengamat energi dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Deendarlianto (kiri) dan Anggota Unsur Pemangku Kepentingan Dewan Energi Nasional, Tumiran (kanan) pada acara Kebijakan Diversifikasi Energi. (Foto: Prasasta Widiadi).

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Pengamat energi dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Deendarlianto menyarankan Pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) harus berkomitmen untuk mengembangkan sumber energi baru, mengingat bahan bakar fosil dikhawatirkan tidak mampu memenuhi kebutuhan energi nasional di masa depan. Dia berpendapat bahwa energi baru tersebut adalah energi nuklir.

“Presiden harus punya komitmen yang kuat jika mau menjalankan program ini (nuklir). Semua cadangan mineralnya pun belum dieksplorasi, jadi ya ini sangat disayangkan,” kata Deendarlianto di Jakarta, Jumat (8/5).

Deendarlianto memaparkan pembangunan sebuah reaktor nuklir akan memakan biaya hingga Rp 40 triliun akan tetapi harga jual energinya sangat murah, pasokan sumber daya alam, Indonesia sudah tersedia.

Untuk sumber daya reaktor tersebut, tuturnya, bisa menggunakan cadangan mineral berupa Plutonium yang terdapat di Bangka Belitung atau menggunakan Uranium yang bisa diperoleh dari Kalimantan.

Ia berpendapat, pengoperasian Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) lebih efisien karena mampu menghasilkan energi listrik yang besar namun lebih murah dalam investasi pembangunan fasilitas reaktor, dia kemudian menjelaskan bahwa plutonium dan uranium  jika digunakan sebagai PLTN bisa menghasilkan daya sebesar 33 gigawatt, yang dapat digunakan selama 30 tahun. 

Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa nuklir sangat aman untuk digunakan sebagai sumber energi atau pembangkit listrik.

"Kalau mengacu pada standar keamanan internasional, mulai dari `pressurized water reactor` hingga `high temperature reactor` belum pernah ada resiko kegagalan yang terjadi," kata Deen.

Dia pun menilai kekhawatiran pemerintah dan sejumlah pihak dalam pengoperasian PLTN merupakan hal yang kurang tepat.  (Ant).

Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home