Loading...
RELIGI
Penulis: Prasasta Widiadi 19:45 WIB | Selasa, 05 Januari 2016

Pengurus Vihara Senang Pelihara Buku-buku Pemberian Umat

Pengurus Vihara Senang Pelihara Buku-buku Pemberian Umat
Li Nyu Kyun saat membersihkan dan mengisi air di tempat peribadatan, hari Selasa (5/1) di dalam Vihara Chandra Metta, Jl. Mangga Besar Raya No.41, Jakarta.(Foto-foto: Prasasta Widiadi).
Pengurus Vihara Senang Pelihara Buku-buku Pemberian Umat
Penampakan bagian depan gerbang masuk Vihara Chandra Metta, Jl. Mangga Besar Raya No.41, Jakarta.
Pengurus Vihara Senang Pelihara Buku-buku Pemberian Umat
Bagian dalam Vihara Avalokitteshvara Kampung Melayu, Jakarta Timur.
Pengurus Vihara Senang Pelihara Buku-buku Pemberian Umat
Bagian luar Vihara Alokitteshvara lainnya di Jl. Raya Mangga Besar, Jakarta.

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Li Nyu Kyun, pengurus Vihara Chandra Metta, Jakarta mengatakan senang memelihara buku-buku pemberian umat Buddha yang beribadah di vihara tersebut.

“Ya ini buku-buku pemberian dari umat yang ibadah, ada juga yang sehari-hari (berkecimpung, red) di agama, tapi ada juga umat biasa,” kata Li kepada satuharapan.com, hari Selasa (5/1) di dalam Vihara Chandra Metta, Jl. Mangga Besar Raya No.41, Jakarta.

Li menjelaskan bahwa buku-buku yang ditata di rak di bawah patung Buddha tersebut berjumlah kira-kira puluhan jumlahnya, namun Li tidak menjelaskan buku apa saja yang tersusun rapi di rak tersebut. Menurut pengamatan satuharapan.com dari kejauhan buku-buku tersebut sebagian besar dalam aksara Mandarin, namun ada juga yang beraksara Latin.   

Buku-buku tersebut diletakkan rapih dan sama sekali tidak terkena tetesan lilin atau serbuk dupa yang digunakan umat saat sembahyang.

“Biasanya kalau ada yang habis sembahyang, ada yang mbaca, tapi ya kadang juga nggak,” kata dia.

Menjelang Imlek, yang akan diperingati di Indonesia pada 8 Februari mendatang, Li menjawab tidak ada agenda atau acara khusus di Vihara Chandra Metta. “Ya, paling nanti banyak orang yang sembahyang aja,” kata dia.

Li mengatakan sembahyang yang dilakukan umat yang merayakan Imlek biasanya di Vihara Chandra Metta mulai pagi pukul 07:30.    

“Iya sampai jam 9 (malam,red) deh kalau nggak ada umat yang sembahyang lagi ya kita tutup, karena kalau masih ada ya nggak kita tutup dong kan masih sembahyang,” kata dia.

Sama halnya dengan penuturan Khusni, pengurus Vihara Avalokitteshvara Kampung Melayu. Menurut Khusni, Vihara yang terletak di sebelah terminal bus kampung melayu ini juga tidak menggelar acara khusus.

“Kalau biksu atau biksuni (pemuka agama KhongRed) tidak ke sini,  kebanyakan umat,” kata dia.

“Biasanya sih buat sembahyang, tapi tidak ada acara yang meriah kok,” kata dia.

Sementara itu Gito, pengurus Vihara Alokitteshvara lainnya di Jl. Raya Mangga Besar, Jakarta, mengatakan untuk perayaan Imlek pada 2016 ini belum ada agenda khusus.

“Belum ada Mas, ini pengumumannya aja belum ada,” kata Gito.

Menurut chingtu.net Vihara Avalokitesvara didirikan oleh seorang pemuka agama Buddha perempuan yang bernama Kho Nio Lim Giok Tien pada 1936.

Pengikut Kho Nio Lim Giok Tien mendapatkan dukungan dana dari umat dengan mendirikan “Vihara Thian Su Tong” di Jalan Mangga Besar Raya nomor 58 Jakarta Barat. Saat itu vihara digunakan sebagai tempat bersembahyang untuk memuliakan Dewi Kwan She Im Po Sat dan tempat tinggal para umat yang ingin menyucikan diri dan berbakti untuk pengembangan agama Buddha Mahayana.

Pada  1966 namanya diubah menjadi “Vihara Avalokitesvara” atau yang sering dikenal juga sebagai “Guan Yin Tang”, yang dipakai hingga sekarang.

Imlek

Imlek kini tidak hanya dinikmati keturunan Tionghoa di Indonesia, menurut matakin.wordpress.com Imlek telah sejajar dengan perayaan hari besar umat beragama lainnya seperti Natal, Idul Fitri, dan lain-lain.

Namun bagi penganut Khonghuchu Imlek merayakan dalam rangkaian upacara khusus.

Malam menjelang Tahun Baru Imlek, diwajibkan bersujud syukur kepada Tian, seraya mengucapkan terima kasih atas karunia yang diterima sepanjang tahun dan memohon ampunan atas segala kekurangan.

Budi S Tanuwibowo, Ketua Umum Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (Matakin) periode 2002 - 2010, yang juga pendiri dan pembina Indonesia Conference on Religion and Peace (ICRP) dalam tulisan yang dimuat di situs Matakin, matakin.wordpress.com, menjelaskan perihal Tahun Baru Imlek, sebagai berikut:

Kalender Imlek menggunakan sistem yang berbeda dengan penanggalan Masehi ataupun Hijriah. Jika Kalender Masehi menggunakan Sistem Solar atau Matahari, dan Kalender Hijriah menggunakan Sistem Lunar, Bulan atau Komariah, maka Kalender Imlek memadukan keduanya, yang disebut Sistem Lunisolar.

Editor : Eben E. Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home