Loading...
EKONOMI
Penulis: Sotyati 16:42 WIB | Sabtu, 10 Mei 2014

Penjualan Genset Naik karena Listrik Sering Padam

Ilustrasi pemadaman listrik bergilir di Padangpanjang. (Foto: Antara)

BANDARLAMPUNG, SATUHARAPAN.COM - Penjualan genset atau mesin pembangkit listrik di Bandarlampung belakangan ini cenderung meningkat jumlahnya sehubungan pemadaman listrik di wilayah itu dan daerah lainnya di Provinsi Lampung kerap terjadi.

Berdasarkan pantauan di sejumlah pusat penjualan genset di Bandarlampung, Sabtu (10/5), warga umumnya mencari genset berdaya kecil agar harganya terjangkau dan biaya operasionalnya lebih murah.

Di kawasan Kartini Bandarlampung, kebanyakan mesin genset yang dicari warga berdaya 800-2.500 watt, dan umumnya yang dijual buatan Tiongkok.

Genset buatan Tiongkok harganya jauh lebih murah dibandingkan mesin buatan Jepang, dan nama-nama genset Tiongkok itu mirip dengan nama terkenal dari Jepang.

"Saya beli genset buatan Tiongkok karena harganya jauh lebih murah, dan pemakaiannya saat aliran listrik PLN padam saja," kata Duan, yang membeli genset buatan Tiongkok berdaya 2.500 watt.

Ia mengaku membeli genset berkekuatan cukup besar itu, meski daya yang digunakan kecil, agar mesin gensetnya tak cepat rusak.

Beberapa pedagang menyebutkan penjualan genset tidak melonjak, meski aliran listrik PLN makin kerap padam dengan durasi pemadaman di atas tiga jam lebih.

"Daya beli masyarakat terbatas. Pembelian naik sedikit saja," kata salah satu pedagang genset di kawasan Kartini, Bandarlampung.

Harga genset buatan Tiongkok berdaya 800-3.000 watt berkisar Rp 1,5 juta – Rp 4,2 juta. Sedang genset asal Jepang paling murah Rp 4,8 juta, dan mesin itu pun hanya berkekuatan 800 watt.

Harga genset berdaya 3.000 watt bisa mencapai Rp 20 juta, sedang harga untuk genset buatan Tiongkok di kisaran Rp 2,5 juta sampai Rp 3 juta.

Di pasar modern, genset juga dijual dengan pemberian potongan harga. Genset yang dijual umumnya buatan Tiongkok yang berdaya 800-2.500 watt dengan harga berkisar Rp 2,8 juta- Rp 4,8 juta.

Sementara itu, warga Badarlampung kembali menyatakan kekecewaannya karena pemadaman listrik masih terus terulang di kota itu dan daerah lainnya di Provinsi Lampung. Wilayah Bandarlampung yang  kerap mengalami pemadaman aliran listrik di antaranya kawasan Waydadi Sukarame.

Warga di perkampungan umumnya menggunakan lilin sebagai alat penerangan saat listrik padam sehingga meningkatkan risiko terjadinya kebakaran.

Hanya sebagian kecil bangunan di wilayah Sukarame yang menggunakan penerangan listrik dengan mengoperasikan genset, seperti RS Imanuel, rumah makan, restoran dan warung.

Di pusat kota, penggunaan genset mulai banyak digunakan warga sehingga kondisinya tidak segelap gulita kondisi di perkampungan saat PLN melakukan pemadaman listrik. (Ant)

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home