Loading...
RELIGI
Penulis: Prasasta Widiadi 18:14 WIB | Jumat, 15 Januari 2016

PGI: Umat Kristen Harus Jadikan Indonesia Rumah Bersama

Para peserta Ibadah Syukur Natal Dan Tahun Baru 2016 Lembaga Keumatan Oikoumene, hari Jumat(15/1) di Grha Oikoumene, Jl. Salemba Raya, Jakarta. (Foto: Prasasta Widiadi).

JAKARTA,SATUHARAPAN.COM – Umat Kristen pada 2016 diharapkan dapat menempatkan Indonesia sebagai rumah bersama, di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, terutama di tengah-tengah kemajemukan Indonesia.

“Saya kira saya harus mengingat-ingat lagi Tema Natal bersama kita (Tema Natal Bersama PGI-KWI 2015, Hidup Bersama Sebagai Keluarga Allah, Red) ini yang penting kita hadapi saat ini. Tema ini kita sudah hafal berulang kali. Tapi, sesungguhnya apa tuntutan tema itu terhadap kita? Apa implikasinya bagi kita apa, apa yang diharapkan Tuhan dari kita, apa yang kita harapkan sebagai keluarga inti masyarakat Indonesia, sebagai keluarga gereja sebagai keluarga masyarakat, sebagai keluarga yang dikehendaki Allah adalah bagaimana menjadikan bumi ini, dan tanah air Indonesia ini menjadi rumah bersama,” kata Ketua Umum Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (Ketum PGI), Pdt. Dr. Henriette Tabita Hutabarat Lebang dalam khotbah Ibadah Syukur Natal dan Tahun Baru 2016 Lembaga Keumatan Oikoumene, hari Jumat(15/1) di Grha Oikoumene, Jl. Salemba Raya, Jakarta.

Ia mendasari khotbah pada ibadah syukur tersebut dari Perikop tentang Orang Majus dari Timur yang diambil dari Matius 2: 1-12. Pdt Eri juga mengambil nas dari Kejadian 9: 16 “Jika busur itu ada di awan, maka Aku akan melihatnya, sehingga Aku mengingat perjanjian-Ku yang kekal antara Allah dan segala makhluk yang hidup, segala makhluk yang ada di bumi.”

Ia terlebih dahulu menyapa para hadirin dari Lembaga Keumatan Oikoumene di Indonesia. Ia menekankan kepada seluruh organisasi dan lembaga keumatan bahwa tahun 2016 adalah tahun penuh anugerah.

Perempuan yang pernah menjabat Sekretaris Jenderal Dewan Gereja Asia ini menyebut bahwa setiap tahun baru merupakan saat semua pihak mengungkapkan resolusi bersama, maupun secara pribadi.

“Di 2016 ini saya kira ada resolusi-resolusi dan janji-janji iman, dan saudara sendiri yang tahu dari waktu ke waktu perlu kita berlakukan dan sejauh mana harus kita jalani,” kata dia.

Ia menjelaskan apabila umat Kristiani hendak menempatkan diri dalam keluarga besar Indonesia, maka umat Kristiani baik individu maupun organisasi harus menghadirkan damai dan ketenteraman.

“Bumi kita sering menjadi tempat yang tidak nyaman, karena menjadi tempat kita sering dilanda ketakutan, sebagian orang dilanda ketakutan seperti yang kita lihat di Sarinah (Bom Sarinah, 14/1, Red) kemarin, itu mengindikasikan kita dilanda ketakutan, dan tidak hanya kita yang di ruangan ini tapi juga di tempat lain,” kata dia.

“Rumah kita harus menjadi tempat yang nyaman. Karena, sering kita satu rumah tapi mungkin tidak berumah lagi, tidak berelasi lagi, ini hal yang perlu kita pertanyakan, Masihkah rumah kita menjadi tempat kediaman Allah,” dia menambahkan.

“Saudara-saudara kita sekarang yang merayakan natal ini harus berkomitmen untuk itu tinggal persoalannya kita lakukan tau tidak, jangan sampai jadi nato (no action talk only, red), orang perlu kerja yang nyata,” dia mengakhiri khotbahnya.

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home