Loading...
BUDAYA
Penulis: Ignatius Dwiana 13:52 WIB | Selasa, 12 November 2013

Pidato Kebudayaan Karlina Supelli

Pidato Kebudayaan Karlina Supelli
Penampilan kolaborasi musik dan visual Aksan Sjuman, The Committee of The Fest, dan Ricky Babay Janitra. (Foto Ignatius Dwiana)
Pidato Kebudayaan Karlina Supelli
Karlina Supelli menyampaikan pidato kebudayaan.

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Filsuf perempuan Indonesia dan sarjana astronom yang memiliki minat pada isu-isu kemanusiaan, Karlina Supelli, hadir mengisi pidato kebudayaan di Teater Jakarta Taman Ismail Marzuki pada Senin (11/11) malam. Perempuan yang pada 1998 memimpin demonstrasi Suara Ibu Peduli ini membawakan pidato kebudayaan berjudul ‘Kebudayaan dan Kegagapan Kita’.

Sejumlah aktivis, pekerja seni, dan intelektual hadir dalam pidato kebudayaan ini. Acara ini dibuka dengan penampilan kolaborasi musik dan visual Aksan Sjuman, The Committee of The Fest, dan Ricky ‘Babay’ Janitra.

Ketua Umum Pengurus Harian Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) 2013-2015 Irawan Karseno dalam sambutannya mengatakan,”Kami memutuskan untuk menukik ke permasalahan filosofis bangsa kita dengan mengundang Karlina Supelli sebagai pembicara. Tim kerja DKJ rutin bertemu ibu Karlina setiap Kamis selama beberapa bulan terakhir. Kami berdiskusi tentang persoalan kebudayaan mutakhir, yang akhirnya bermuara pada judul ‘Kebudayaan dan Kegagapan Kita’. Sekaligus memikirkan bersama cara menyajikan permasalahan itu secara lebih menarik.”

Dalam pidato kebudayaan judul ‘Kebudayaan dan Kegagapan Kita’ itu, Karlina mengajak untuk kembali kepada pengertian kebudayaan dan konsep civis atau warga negara sebagai sebuah konsep yang asli. Bukan tergelincir kepada konsep civilization. Dalam cita-cita kebudayaan terancang pendidikan untuk menghasilkan visi warga negara tentang kebaikan tertinggi bagi kehidupan bersama baik dalam pendidikan, seni, ilmu pengetahuan, politik, hukum,dan sebagainya. Tetapi cita-cita itu telah dicuri nalar ekonomi dan dialihkan menjadi agenda untuk mendidik masyarakat sebagai konsumen. Konsumen dididik hasratnya dan kebiasaan kulturalnya agar menghendaki segala hal gemerlap yang ditawarkan pasar.

Pendidikan pun dipandu logika utilitiarinism in extremis yang sibuk mengejar nilai. Akibatnya pendidikan tidak mampu mengungkap kekayaan dimensi kognitif kebudayaan yang mengemuka melalui ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan pun didistorsi untuk dapat segera dimanfaatkan bagi kebutuhan industri.

Pidato kebudayaan yang diselenggarakan Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) merupakan program tahunan DKJ bareng Pusat Kesenian Jakarta Taman Ismail Marzuki (PKJ TIM) yang diselenggarakan sejak tahun 1989. Acara pidato kebudayaan ini mengundang tokoh nasional untuk mengupas persoalan penting dan aktual. 

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home