Loading...
DUNIA
Penulis: Yan Chrisna Dwi Atmaja 07:41 WIB | Minggu, 11 Mei 2014

Prancis Jerman Ancam Rusia atas Referendum Ukraina Timur

Kunjungan Presiden Putin ke Crimea mendapat sambut warga di sana tapi dikritik oleh Washington. (Foto: bbc.co.uk)
JERMAN, SATUHARAPAN.COM - Prancis dan Jerman mengancam Rusia dengan meningkatkan sanksi jika pemilihan presiden Ukraina pada tanggal 25 Mei gagal terlaksana.
 
Presiden Francois Hollande dan Kanselir Jerman Angela Merkel mengatakan dalam sebuah pernyataan bersama, mereka khawatir munculnya destabilisasi di Ukraina.
 
Pernyataan para pemimpin Prancis dan Jerman itu dikeluarkan setelah mereka bertemu di Jerman pada Sabtu (10/5).
 
Mereka juga mengatakan referendum yang direncanakan oleh separatis pro-Rusia di Ukraina timur pada Minggu 11 mei adalah ilegal.
 
Pemimpin dua negara Eropa itu juga menuntut ditariknya pasukan Rusia yang disiagakan di perbatasan Ukraina.
 
NATO memperkirakan lebih dari 40.000 tentara Rusia sekarang ini berada di dekat perbatasan, meskipun Moskow mengatakan pasukan tersebut telah ditarik kembali.
 
Sementara itu Presiden interim Ukraina Olexander Turchynov, memperingatkan bahwa referendum di daerah yang memilih mendukung federalisasi bisa mengakibatkan "penghancuran diri".
 
Kunjungan Putin
 
NATO pada Jumat mengecam kunjungan Presiden Rusia Vladimir Putin ke Crimea dan mengatakan aliansi militernya belum melihat Moskow menarik tentaranya dari perbatasan Ukraina.

“Kami masih menganggap Crimea sebagai wilayah Ukraina dan dari yang saya ketahui otoritas Ukraina tidak mengundang Putin untuk mengunjungi Crimea, jadi dari sudut pandang itu kunjungannya ke Crimea tidak pantas,” kata Sekretaris Jenderal NATO Anders Fogh Rasmussen.

“Kami menganggap aneksasi Crimea oleh Rusia ilegal, tidak sah, dan kami tidak mengakuinya,” ujarnya di ibu kota Estonia, Tallinn.

Putin melakukan kunjungan mendadak ke Sevastopol di Crimea pada Jumat untuk meninjau kekuatan angkatan laut Rusia sebagai bagian dari perayaan memperingati kemenangan Soviet atas Nazi dalam Perang Dunia II.

Rusia menganeksasi Crimea bulan lalu setelah referendum yang berakhir dengan semenanjung itu bergabung di bawah kekuasaan Moskow.

Krisis tersebut lalu bergeser ke wilayah-wilayah lainnya di Ukraina timur, saat Kiev berjuang meredam pemberontakan militan pro-Rusia.

Rasmussen juga membenarkan aliansi pertahanan Barat masih belum melihat indikasi bahwa Putin menarik tentara Rusia yang dikerahkan sepanjang perbatasan Ukraina timur.

Sementara kunjungan Putin ke Crimea dinilai hanya akan memperburuk ketegangan, seperti diperingatkan Gedung Putih pada Jumat.

“Kami tidak menerima aneksasi ilegal Rusia atas Crimea. Kunjungan semacam itu hanya akan meningkatkan ketegangan,” ujar juru bicara Dewan Keamanan Nasional Laura Magnuson.

Putin melakukan kunjungan mendadak ke pelabuhan Sevastopol Crimea untuk meninjau kekuatan angkatan laut Rusia sebagai bagian dari perayaan kemenangan Soviet atas Nazi dalam Perang Dunia II.

Rusia menganeksasi Crimea pada bulan lalu setelah referendum yang diadakan militan pro-Rusia yang menyerukan pendudukan wilayah oleh Moskow.

Krisis itu kemudian bergeser ke Ukraina timur di mana Kiev berjuang menumpas pemberontakan serupa yang dilakukan para militan pro-Rusia. (bbc.co.uk/AFP)


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home