Loading...
EKONOMI
Penulis: Prasasta Widiadi 19:44 WIB | Selasa, 23 Juni 2015

Presiden Dijadwalkan Panen Udang, Bersamaan Sail Tomini

Ilustrasi udang. (Foto: bibitikan.net)

PALU, SATUHARAPAN.COM – Presiden Joko Widodo dijadwalkan menjadi pemimpin panen perdana udang vanamei hasil budidaya dengan teknologi supra intensif Indonesia, bertepatan dengan puncak peringatan Sail Tomini 19 September 2015 di Kabupaten Parigi, Sulawesi Tengah.

“Bapak Presiden akan melakukan panen parsial pertama pada tambak udang vanamei supra intensif Indonesia yang sedang diselesaikan pembangunannya di Desa Kampal, Kecamatan Parigi, sekitar 80 kilometer timur Kota Palu,” kata Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Sulawesi Tengah Hasanuddin Atjo di Palu, Selasa (23/6).

Menurut dia, Sekretaris Dewan Kelautan Indonesia (Dekin) yang juga Sekretaris Panitia Nasional Sail Tomini dan Festival Boalemo 2015, Dedi H. Sutisna dan Bupati Parigi Moutong Syamsurizal Tombolotutu,  Ketua Panitia Daerah Sail Tomini telah meninjau tambak udang berteknologi supra intensif Indonesia itu baru-baru ini.

Dedi menilai tambak udang vanamei berteknologi supra intensif merupakan teknologi hasil karya putra Sulawesi Tengah yang bisa memberikan dampak signifikan dalam meningkatkan produksi udang Indonesia.

Teknologi budidaya udang vanamei supra intensif Indonesia diluncurkan Ketua Masyarakat Aquakultur Indonesia (MAI) Rokhmin Dahuri pada 2013 di tambak CV. Dewi Windu Kabupaten Baru, Sulteng, tempat teknologi itu direkayasa dan diujicoba selama beberapa tahun.

Penemu teknologi tersebut, Dr Ir Hasanuddin Atjo, MP, putra kelahiran Poso 55 tahun lalu itu mengemukakan bahwa produktivitas teknologi ini mencapai 153 ton per hektare yang sampai saat ini masih tercatat sebagai teknologi budidaya modern paling tinggi produktivitasnya di dunia. Kunci utama teknologi ini adalah pengelolaan limbah menggunakan teknologi central drain sehingga kualitas lingkungan udang terjamin kebersihannya sehingga bebas dari penyakit.

"Tentu saja penggunaan sarana produksi seperti benih, pakan, obat-obatan serta peralatan pendukung seperti kincir harus memenuhi standar kualitas terbaik,” kata Atjo.

Atjo menyebut  panen dilakukan secara parsial (3 sampai lima kali) yang dimulai saat udang berukuran sekitar 110 ekor/kilogram. Pola panen parsial ini bertujuan untuk menjaga tingkat kepadatan populasi sehingga perkembangan bobot udang lebih cepat.  Oleh karena itu, sejumlah pengusaha dari berbagai tempat di Indonesia dan beberapa negara penghasil udang di dunia sudah mulai melirik teknologi ini untuk dikembangkan.

"Bahkan beberapa daerah sudah mulai mereplikasi teknologi ini, seperti Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat,” kata dia.

Khusus tambak di Desa Kampal, Kabupaten Parigi, yang akan menjadi lokasi panen Presiden Joko Widodo, sedang diselesaikan pembangunannya oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Sulteng memanfaatkan dana APBN dan APBD Sulteng 2015 sekitar Rp 2 miliar. Progres kegiatan konstruksi sudah mencapai sekitar 90 persen, tinggal menunggu masuknya aliran listrik.

“Kalau listrik dari PLN sudah mengalir, kami akan segera memasukkan air sehingga penebaran bibit bisa dilakukan sebelum akhir Juni 2015. Bila itu terlaksana, maka pada 19 September 2015 tepat menjadi masa panen parsial pertama,” kata Muhlis Baeda, pejabat penanggung jawab teknis kegiatan (PPTK) proyek tersebut.

Tambak tersebut terdiri atas dua petak yang masing-masing berukuran 25x25 meter, dan akan ditebari benih dengan kepadatan sekitar 1.000 ekor per meter persegi. (Ant).

Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home