Loading...
INDONESIA
Penulis: Francisca Christy Rosana 19:38 WIB | Rabu, 19 November 2014

Proxy War, Perang Modern Lemahkan Indonesia

"Saat ini kita tidak bisa melihat mana kawan mana lawan.”
Mayor Jenderal Agus Sutomo, S.E saat mengisi kuliah umum di Universitas Kristen Indonesia, Cawang, Jakarta Timur pada Rabu (19/11). (Foto: Francisca Christy Rosana)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Bentuk perang telah berubah seiring perkembangan zaman. Adanya tuntutan kepentingan kelompok telah menciptakan tren perang jenis baru, salah satunya bernama proxy war atau perang mandat.

Mayor Jenderal Agus Sutomo, S.E saat mengisi kuliah umum di Universitas Kristen Indonesia, Cawang, Jakarta Timur pada Rabu (19/11) mengatakan proxy war dilakukan oleh negara-negara tertentu, biasanya negara non-ekuator untuk menghancurkan negara lain.

“Mereka melemahkan negara ekuator, seperti Indonesia, dengan proxy war. Ini karena jumlah penduduk makin banyak, tapi energi makin tipis. Saat ini kita tidak bisa melihat mana kawan mana lawan,” ujar Panglima Komando Daerah Militer Jakarta Raya ini.

Proxy War Berebut Energi

Saat ini, perang antarnegara sebesar 70 persen terjadi karena perebutan energi. Ini terjadi karena konsumsi energi setiap tahun mengalami peningkatan yang cukup signifikan.

“Pada 2035 mendatang, konsumsi energi dihitung dari 2014 diprediksi akan naik 41 persen karena pertumbuhan penduduk dunia tinggi,” mantan Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus ini menjelaskan.

Sekarang ini, menurut Agus, jumlah penduduk dunia telah mencapai angka delapan miliar, sedangkan energi dan pangan makin berkurang.

Besarnya jumlah energi yang berkurang turut dirasakan Indonesia. “Dulu, andalan Indonesia adalah minyak, tapi sekarang beralih menjadi pajak,” ujar Agus. Fakta ini cukup menggambarkan bahwa energi di Indonesia tengah mengalami penurunan drastis. “Ketersediaan pangan Indonesia mencapai kritis pada 2011. Energi, pangan, dan air semakin berkurang,” kata Agus.

Namun, penurunan jumlah energi di Indonesia tak mengurangi niat negara-negara lain untuk terus menguras perut bumi nusantara melalui proxy war.

“Hati-hati, banyak negara non-ekuator mencari energi ke Indonesia karena Indonesia adalah negara ekuator, ini karena posisi geografis Indonesia sebenarnya sangat strategis. Indonesia punya dua musim dan sepanjang tahun air tidak pernah habis,” ujarnya.

Proxy War di Indonesia Nyata Ada

Proxy war, kata Agus, nyata ada di Indonesia dalam berbagai bentuk, seperti adanya gerakan separatis dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Lepasnya Timor Timur yang dimulai dengan pemberontakan bersenjata, perjuangan diplomasi, sampai munculnya referendum merupakan contoh proxy war. Konflik di Timor Timur dikatakan Agus merupakan bentuk konspirasi negara lain untuk mengeksplorasi minyak dan gas.

Belajar dari kasus tersebut, Agus menyampaikan elemen masyarakat yang paling penting untuk menghadapi serangan proxy war ke depan adalah pemuda. “Peran pemuda strategis dalam menghadapi proxy war,” kata Agus.

Proxy war dekat dengan keseharian, seperti peredaran narkoba, adu domba sosial media, dan bentuk pembodohan-pembodohan lain.

“Ketika pemuda lemah dengan konflik internal, serangan dari luar akan dengan mudahnya masuk ke Indonesia. Energi Indonesia dengan mudahnya dicuri melalui proxy war,” ujar Agus.

Untuk itu, Agus mengimbau sedapat mungkin mahasiswa harus bijak mewujudkan kesamaan persepsi karena Indonesia punya banyak potensi dan keunggulan yang dimiliki oleh berbagai komponen bangsa.

“Mahasiswa sebagai agen perubahan harus mampu menggelorakan semangat untuk menuju kebaikan.”

Sekilas Proxy War

Proxy war adalah sebuah konfrontasi antara dua kekuatan besar menggunakan pemain pengganti atau orang ketiga untuk menghindari konfrontasi secara langsung dengan alasan mengurangi risiko kehancuran yang fatal. Pihak ketiga yang bertindak sebagai pemain pengganti adalah negara kecil. Namun, bisa juga berbentuk nonstate, seperti organisasi massa, lembaga sosial masyarakat, atau perorangan. Proxy war merupakan kepanjangan tangan dari suatu negara yang berupaya mendapatkan kepentingan strategisnya, namun menghindari keterlibatan langsung suatu perang yang mahal dan berdarah. Melalui proxy war, tidak dikenali dengan jelas siapa kawan dan siapa lawan karena musuh mengendalikan dari jauh. Negara musuh akan membiayai semua kebutuhan yang diperlukan pihak ketiga.

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home