Loading...
INSPIRASI
Penulis: H. Hans Panjaitan 07:30 WIB | Kamis, 18 Juni 2015

Puasa: Peperangan Rohani

Sangat disayangkan bila ada pihak yang memaksa penutupan warung dengan kekekerasan.
Ramadhan (foto: istimewa)

SATU HARAPAN.COM – Puasa adalah menghindari makan dan minum dengan sengaja dalam jangka waktu tertentu.  Pada umumnya puasa  dilakukan berkaitan dengan agama atau keyakinan. Namun, ada juga yang berpuasa dengan alasan kesehatan.

Hampir semua agama mengenal puasa, meski dengan cara dan aturan yang berbeda-beda. Orang yang berpuasa mempunyai tujuan mendekatkan diri kepada Sang Ilahi dan berharap Yang Mahakuasa berkenan mengabulkan permohonannya.

Hari ini kaum muslim memasuki Bulan Ramadan. Mereka tidak hanya berpantang makan dan minum seharian penuh, namun juga dilarang melakukan aktivitas lain yang sifatnya memuaskan nafsu kedagingan. Merokok, melakukan aktivitas seksual, mengumbar amarah apalagi berkelahi, juga diharamkan saat menunaikan puasa. Maka puasa adalah peperangan rohani, di mana orang yang menjalaninya harus mampu menahan diri, mengendalikan nafsu, dan sabar.

Di Indonesia bulan puasa sering kali diikuti imbauan untuk menghormati orang yang menjalankan ibadah puasa. ”Hormatilah orang yang menjalankan ibadah puasa”; begitulah bunyi spanduk dan selebaran yang bertebaran di mana-mana. Maksud imbauan itu tentu supaya orang yang tidak menjalankan ibadah puasa, tidak makan, minum, merokok dan melakukan aktivitas lain dengan cara demonstratif yang disengaja.

Orang-orang yang tidak berpuasa pun mestinya tahu diri. Jangan sengaja makan, minum di tempat terbuka, secara demonstratif apabila tahu bila di sekitarnya ada orang yang sedang berpuasa. Namun, sangat berlebihan bila warung-warung makanan, tempat-tempat hiburan harus ditutup pada saat bulan puasa. Dan sangat disayangkan bila ada pihak yang memaksa melakukan penutupan warung disertai ancaman dan kekerasan dengan alasan keberadaan warung dan tempat hiburan itu mengganggu kekhusyukan mereka  yang berpuasa.

Puasa adalah peperangan rohani. Orang yang berpuasa dituntut mampu mengendalikan hawa nafsunya, tanpa harus mempersoalkan keberadaan orang lain. Dengan berpuasa kita dilatih untuk sabar dan mampu menahan diri, sekalipun di sekeling kita ada banyak godaan. Apalagi yang namanya ”godaan dan cobaan” dalam wujud warung dan tempat hiburan itu sudah ada sebelumnya.

Berpuasa ibarat maju ke medan perang yang dahsyat dan penuh bahaya. Orang yang mampu melewati peperangan itu dengan baik, berhak mendapatkan medali kehormatan dan kemuliaan. Bila kita melarang warung dan tempat hiburan ditutup supaya kita tenang dan khusyuk menjalankan puasa, itu sama saja dengan menyuruh musuh-musuh membuang senjata mereka terlebih dahulu sebelum kita memasuki arena peperangan.

Mari kita masuki arena peperangan rohani dengan khusyuk. Dan apabila kita mampu melewati semua cobaan dan godaan, maka puasa kita akan lebih bermakna, dan tentu punya nilai di mata Tuhan.

 

Editor: ymindrasmoro

Email: inspirasi@satuharapan.com


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home