Loading...
INDONESIA
Penulis: Eben E. Siadari 08:21 WIB | Minggu, 27 November 2016

Rakyat Papua Ungkap Solidaritas kepada Ahok Melalui Pendeta

Ilustrasi: Salah seorang siswa asal Papua di Sekolah Anak Indonesia menyerahkan kenang-kenangan kepada Gubernur nonaktif DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Foto: SAI)

JAYAPURA, SATUHARAPAN.COM - Banyak yang bertanya mengapa Gubernur nonaktif DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama, begitu populer di kalangan rakyat Papua. Popularitasnya bahkan mengalahkan para pemimpin Papua. Dalam berbagai ungkapan di media sosial, mereka mengatakan kalau Jakarta tak menerima tokoh dengan sebutan populer Ahok itu, mereka siap menerimanya sebagai pemimpin di Papua.

Popularitasnya yang sangat tinggi tersebut menyebabkan banyak rakyat  Papua yang ingin mengungkapkan solidaritas kepada calon gubernur petahana itu, yang kini menjadi tersangka kasus penistaan agama. Tetapi mereka tidak bisa datang ke Jakarta, karena berbagai alasan.

Agar solidaritas itu sampai, mereka lantas menitipkan cinderamata kepada pendeta, tokoh yang di kalangan rakyat Papua sangat dihormati, untuk disampaikan melalui komunitas warga DKI asal Papua di Jakarta. Cinderamata tersebut nantinya akan disampaikan kepada Ahok di Rumah Lembang, Jakarta, tempat Ahok menerima rakyat dari berbagai penjuru Indonesia yang ingin bertemu dengan dia.

Hal ini dikatakan oleh Pendeta Phil Karel Erari, pendeta Gereja Kristen Injili Di Tanah Papua (GKIT), lewat percakapan melalui seluluar kepada satuharapan.com. Ia menyampaikan hal ini menanggapi  demikian gencarnya pernyataan di media sosial tentang dukungan rakyat Papua kepada Ahok.

Phil Karel Erari, yang saat ini juga menjabat sebagai Wakil Ketua Majelis Pertimbangan Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI), mengatakan rakyat Papua mengungkapkan solidaritas mereka kepada Ahok karena mereka melihat Ahok sebagai sosok yang layak dijadikan inspirasi.

"Rakyat Papua menyatakan solider dengan Ahok karena prinsip hidupnya terinsiprasi oleh kata dan perbuatan Yesus yang pro kemanusiaan," kata Phil Erari.

"Mereka telah mengirim sebuah cinderamata lewat saya untuk bersama komunitas Papua DKI menyerahkan kepada Ahok di Rumah Lembang," kata Phil Erari.

Popularitas Ahok di kalangan rakyat Papua memang tak dapat dibantahkan. Ahok jadi inspirasi bukan saja oleh karena ketegasannya ketika memimpin Jakarta.  Ahok juga dipandang sebagai representasi dari Indonesia yang menerima keberagaman. Ahok dipandang sebagai simbol dari Indonesia yang memperlakukan semua warga negara memiliki kewajiban dan hak yang sama, termasuk di lapangan politik.

Oleh karena itu, tekanan kepada Ahok lewat kasus penistaan agama, dipandang sebagai ancaman bagi keberagaman tersebut. Apalagi Ahok bertarung di Pilkada DKI Jakarta, yang akan menjadi barometer Indonesia.

Hal ini dikatakan salah seorang tokoh Papua, Yosep Yopi Kilangin, yang adalah putra almarhum Mozes Kilangin, salah satu tokoh pejuang Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera) Irian Barat untuk berintegrasi ke NKRI.

Walaupun tidak secara langsung mengacu kepada kasus Ahok, ia dengan gamblang mengatakan kekhwatirannya dengan kesan adanya arogansi kelompok dominan yang ingin memaksakan kehendak dalam apa yang terjadi di Pilkada DKI Jakarta saat ini. Menurut dia, hal itu berpotensi mengancam keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

"Jakarta itu menjadi barometer atau patron. Apa yang terjadi di Jakarta sekarang, hal yang sama akan terjadi di daerah-daerah, tergantung situasi kondisi di daerah itu dominannya kalangan mana. Sebetulnya itu yang kita tidak harapkan," ujar dia, kepada Antara.

Mantan Ketua DPRD Mimika periode 2004-2009 itu menegaskan bahwa NKRI yang sudah merdeka lebih dari 70 tahun dibangun atas pengorbanan semua anak bangsa dari semua golongan, agama dan suku.

Jika sekarang terdapat satu kelompok yang sangat dominan, kata Yopi, bahkan sampai bertindak arogan maka hal itu potensial mengancam keutuhan bangsa dan negara.

"Nanti orang lain yang merasa bukan bagian dari kelompok yang sangat dominan, apalagi arogan itu merasa mereka bukan lagi menjadi bagian dari satu bangsa yang besar ini. Kalau masalah ini tidak dikelola secara baik, bibit-bibit perpecahan akan muncul dimana-mana. Kita semua tidak menghendaki hal itu terjadi," kata Yopi.

Aktivis dan pengacara Hak Asasi Manusia (HAM) di Papua, Matius Murib, mengatakan rakyat Papua memandang Ahok mewakili diri mereka yang selama ini banyak mendapat tekanan sebagai kelompok minoritas. "Ahok adalah representasi kaum minoritas di Indonesia termasuk di Tanah Papua. Rakyat Papua merasa sepenanggungan atau senasib dengan kelompok minoritas di Indonesia yang selama ini, selalu dikorbankan hak-hak dasar mereka sebagai warga negara," kata Matius Murib


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home