Loading...
BUDAYA
Penulis: Ignatius Dwiana 21:06 WIB | Kamis, 27 Maret 2014

Rangkaian Peringatan Hari Film Nasional Akan Digelar

Dirjen Kebudayaan Kacung Marijan, Menparekraf Mari Elka Pangestu, Ketua BPI Alex Komang, dan Lukman Sardi. (Foto: Ignatius Dwiana)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) dan Badan Perfilman Indonesia (BPI) akan menggelar serangkaian kegiatan dalam rangka peringatan Hari Film Nasional (HFN) ke 64 pada 2014. Hal ini disampaikan dalam konferensi pers di Balai Soesilo Soedarman kantor Kemenparekraf Jakarta pada Rabu (26/3).

Menparekraf Mari Elka Pangestu mengatakan,”Orang-orang kreatif di bidang ekonomi dan industri telah berhasil mengisi pelbagai catatan dalam perjalanan panjang film nasional selama 64 tahun terakhir. Pelbagai pengalaman pahir dan manis telah dirasakan untuk memperjuangkan keberadaan dan kemajuan dunia sinematografi Indonesia.”

Tonggak sejarah perfilm nasional ditandai dengan pengambilan gambar pertama film karya Usmar Ismail berjudul ‘Darah dan Doa’ atau ‘Long March of Siliwangi’ pada 30 Maret 1950. Karya ini merupakan film pertama yang dikerjakan orang dan perusahaan Indonesia. Pemerintah mengeluarkan Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 25 Tahun 1999 yang menetapkan 30 Maret sebagai Hari Film Nasional sebagai penghargaan dan aspirasi terhadap masyarakat film.  

Menparekraf Mari Elka Pangestu juga menyebutkan dalam 15 tahun terakhir pasca reformasi ada 106 film Indonesia yang diproduksi untuk layar lebar pada 2013. Jumlah itu merupakan tertinggi selama ini.

Disebutkan Menparekraf, sumbangan industri film atas Pendapatan Domestik Bruto (PDB) mengalami pertumbuhan signifikan. Industri film, video, dan fotografi menyumbang sebesar 8,4 trilyun Rupiah pada 2013 atau naik sekitar 13,5 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang sekitar 7,4 trilyun Rupiah.

Menurut  Menparekraf, dunia perfilman harus menjadi soft power dalam mengembangkan nilai-nilai seni budaya Indonesia dalam membangun Indonesia menghadapi tantangan dunia ke depan. Seperti peningkatan kualitas dari pelbagai aspek, jumlah film yang tayang di bioskop, TV, maupun kanal lain, dan jumlah penonton.

Sementara Ketua BPI Alex Komang berpendapat,” Hari Film Nasional adalah mengenang heroism, merayakan kebebasan berekspresi, dan mengingat betapa pentingnya integritas. Semangat semacam itu yang kita harapkan terus dipelihara oleh seluruh insan perfilman Indonesia saat ini.”

Rangkaian Kegiatan HFN

Kegiatan bertema ‘Bangga Film Indonesia’ digelar di sejumlah kota dari Kamis (27/3) hingga Jum’at (4/4).

Semarang dan Banjarnegara dipilih menjadi tuan rumah road show dan diskusi film ‘9 Summer 10 Autumns’ dan ‘Sagarmatha’ yang dihadiri sutradara dan artis pendukung pada Kamis (27/3). Pada hari yang sama, Seno Gumira Aji Darma akan menyampaikan orasi sinema ‘Film Indonesia dan Identitas Nasional dalam Kondisi Pasca Nasional’ di Galeri Indonesia Kaya Jakarta.

Pemutaran dan diskusi film dan workshop singkat pemeranan akan digelar di tuhuh SMP/SMA se-Jabotabek selama sepekan penuh dari Kamis (27/3) hingga Jum’at (4/4) dengan melibatkan aktor dan aktris Rumah Aktor Indonesia (RAI).

Syukuran Hari Film Nasional ke-64 akan digelar di Balai Soesilo Soedarman Jakarta serta tabur bunga di pusara Bapak Film Nasional Usmar Ismail di TPU Karet Bivak. Selain itu akan diputar 5 Film Laris Indonesia dari 2000 hingga 2010 seperti ‘Ada Apa dengan Cinta’, ‘Eiffel I’m in Love’, ‘Naga Bonar Jadi 2’, dan ‘Laskar Pelangi’ di bioskop XXI Jakarta.

Malam Puncak Hari Film Nasional diselenggarakan di Ballroom Club XXI Djakarta Theater pada Selasa (1/4). Acara itu akan menampilkan Ihsan Tagore, Reza Artamevia, dan Dira Sugandi dengan iringan Frequent O Harmony arahan Frida Tumakaka yang membawakan sejumlah komposisi yang terilhami film-film Indonesia. Acara dipandu artis peraih Citra, Nirina Zubir.

Beberapa artis yang akan hadir pada Malam Puncak akan menggunakan busana karya perancang Indonesia, antara lain Ghea Panggabean, Barli Asmara, Aranxta Adi, Mel Ahyar, Sapto Djokokartiko, Didiet Maulana, dan Adi Audrinazta.

Pada acara itu akan diserahkan Piala Antemas kepada produser film terlaris 2013. Yaitu film ‘Tenggelamnya Kapal Van der Wijck’. Acara akan ditutup dengan pemutaran film hasil restorasi ‘Darah dan Doa’ karya Usmar Ismail.

Di tempat yang sama pada 1 April pukul 15.00 WIB akan diadakan diskusi film bersama Direktur Asiatica Film Mediale Festival Italo Spinelli dan Garin Nugroho.

Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home