Loading...
INSPIRASI
Penulis: Katherina Tedja 00:00 WIB | Kamis, 07 November 2013

Ratu dalam Keluarga, Ratu dalam Hati

Kasmaran (foto: ymindrasmoro)

SATUHARAPAN.COM – Sebuah ”bom” baru saja diledakkan pada piring saya malam itu. Malam itu adalah makan malam bulanan kami. Saya dan sahabat saya telah berkomitmen untuk menyisihkan satu malam dalam satu bulan untuk sekadar bertukar cerita. Bulan lalu, bahkan beberapa saat lalu, dia masih berceloteh tentang anak-anaknya, kesibukan kerjanya, pekerja rumah tangganya… kemudian dengan mata sayu bilang: ”Kadang saya lelah dan mau bercerai saja, Kate….”

Sendok garpu saya membeku di udara. Lidah saya kelu. Apa? Saya takut salah dengar. ”Saya tidak menghendaki apa-apa dari perkawinan kami… hanya sedikit penghargaan, itu sudah cukup… Tetapi dia tidak kunjung mengerti.”

”Apa yang dilakukan suamimu?” tanya saya masih shocked.

”Dia tidak pernah menghargai saya. Setiap kali kami jalan bersama, matanya itu jelalatan belanja.” Saya melongo. Bukankah itu problem pasangan muda? Sahabat saya ini baru saja merayakan perkawinan peraknya!

”Saya telah menelan harga diri saya selama 25 tahun. Sekarang saya tidak mau lagi dilecehkan!  Sejak awal saya hanya ingin menjadi seseorang yang penting baginya. Ratu dalam keluarga. Ratu hanya dalam hatinya. Apakah keinginan ini berlebihan?”

Saya menghela napas, larut dalam kegundahannya. Dia telah mengucapkan dengan tepat apa yang menjadi isi hati setiap wanita. Tak peduli berapa pun usia perkawinannya. Wanita ingin menjadi ratu dalam keluarga. Terutama ratu dalam hati pria yang telah membawanya ke altar suci.

Andaikan saja semua pria sadar bahwa siap menikah bukan saja siap secara usia dan ekonomi. Ketika seorang pria cukup matang untuk menikah, ia harus siap untuk mengarahkan seluruh perhatiannya hanya kepada istrinya dan mampu menguasai sikapnya sendiri.

Editor: ymindrasmoro

Email: inspirasi@satuharapan.com


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home