Loading...
ANALISIS
Penulis: Anry Krismanto Nababan 12:00 WIB | Senin, 25 April 2016

Revolusi Energi Bumi

Dunia makin bergerak ke esifiensi penggunaan energi. Bagaimana kita?

Satuharapan.com - Energi memegang penting dalam peradaban umat manusia. Sebab energi dibutuhkan di setiap sendi kehidupan manusia. Energi dapat mengubah dunia kita yang kecil, mengubah kita menjadi cerdas, bahkan membuat semua menjadi banyak pilihan.

Menurut riset Kyllie McKenna, 40 persen konflik di dunia terjadi akibat pertarungan memperebutkan sumber daya alam – termasuk daya energi.  Kita menyaksikan potretnya dimana-mana tentang perang seperti perang  Arab-Israel. Energi juga memacu lahirnya para pemburu rente terutama di negara-negara yang mengandalkan sumber daya energi.

Pada tahun 2011, International Energy Agency dalam kajiannya dalam  Global Trend 2025 memperlihatkan Asia akan menjadi pengendali energi dunia ke depan sehingga diprediksi akan terjadi perebutan minyak yang bisa memicu ketegangan di beberapa negara Asia seperti China, India dan Jepang. Sementara kalau kita melihat cadangan migas akan tumbuh terbatas, Arab Saudi, Kuwait, Uni Emirat Arab, Irak dan Rusia secara bersama akan menguasai 39 persen produksi minyak dunia. Harga minyak bakal rendah, sebagaimana terjadi sekarang, perekonomian dunia akan tumbuh dan akhirnya kesejahteraan umat manusia akan meningkat.

Demikian halnya dengan gas alam akan terus berkembang, tetapi batu bara akan tumbuh lebih cepat karena harganya yang lebih murah, persediaannya melimpah, dan jaraknya ke pasar relatif lebih dekat. Datangnya revolusi energi bakal menimbulkan dampak besar bagi perekonomian dunia.

 

Masa depan Energi Bumi?

Kondisi kita saat ini harus kita akui, energi fosil mulai ditinggalkan, karena cadangan fosil sangat terbatas dan suatu saat akan habis. Energi gas akan masuk ke sumber energi sebelum kita masuk ke sumber-sumber energi terbarukan, seperti panas bumi, tenaga surya, tenaga air, tenaga angin, ombak, biomas, biofuel dan tenaga nuklir.

Dunia kita yang semakin tua ini sebenarnya masih berbaik hati dengan memberikan kepada kita cadangan minyak dan gas dalam jumlah berlimpah. Hanya cadangannya itu terperangkap di sela-sela bebatuan serpih jauh di dasar perut bumi. Bebatuan ini biasanya disebut shale rock. Upaya mengeluarkan minyak dan gas dari bebatuan serpih yang sudah dilakukan tahun 1950 an, tetapi tak kunjung memberikan hasil sesuai harapan.

Menipisnya sumber daya yang diprediksi oleh para pimpinan Barat dengan pertumbuhan tahunan sebesar 4 % . Ternyata perkembangan yang terus menurus tidak kompatibel dengan sumber daya yang terbatas. Salah satu sumber daya langka yang merupakan fokus perhatian adalah air. Telah lama dikatakan bahwa lima puluh tahun ke depan air akan menjadi sumber daya yang terancam langka, melebihi pentingnya minyak. Akses terhadap air bersih dan sanitasi yang memadai dinyatakan sebagai hak asasi manusia pada 2002 oleh Komite PBB untuk hak ekonomi, budaya dan sosial.

 

Penyelamatan Bumi

Kita perlu mengubah cara berpikir kita dengan tidak lagi menjadikan energi sebagai sumber devisa, tetapi untuk modal pembangunan. Sering kali terjadi ketika kebutuhan energi untuk devisa lebih di utamakan sementara masyarakat masih berteriak-teriak kekurangan energi. Untuk itulah sangat dibutuhkan saat ini corporate entrepreneurship (kewirausaahaan perusahaan).

Greenpeace telah merilis edisi kedua (2008) dari skenario Energy Revolution mendorong bagaimana dunia mengurangi emisi, tanpa tenaga nuklir, menghemat uang dan menjaga pembangunan ekonomi global, tanpa menyebabkan bencana besar berakibat pada perubahan iklim. Skenario energi global yang baru menggambarkan bagaimana sektor energi dan transportasi dapat menyumbangkan emisi karbon.

Energy Revolution yang dimaksudkan menggunakan tiga langkah pendekatan seperti efisiensi listrik, perubahan struktural merubah energi terbarukan hingga kepada efisiensi energi dengan membangun sistem transportasi publik yang efisien dengan memberlakukan penggunaan mobil dan truk yang berbahan bakar hemat.

Di samping itu penting untuk mengingat kesepakatan Paris Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) PBB tentang Perubahan Iklim (Conference of Parties/COP) ke-21 negara-negara dunia berkomitmen menjaga ambang batas kenaikan suhu bumi di bawah 2 derajat celcius (2C) dan berupaya menekan hingga 1,5 C (memperkuat upaya pemulihan akibat perubahan iklim, dari kerusakan).

 

Penulis adalah Pengurus Pusat GMKI

Editor : Trisno S Sutanto


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home