Loading...
EKONOMI
Penulis: Melki Pangaribuan 14:49 WIB | Sabtu, 21 Mei 2016

RI Gencarkan Ekspor Jasa Industri Digital ke Australia

CeBIT Australia 2016 dinilai sebagai yang terbesar di kawasan Asia Pasifik. (Foto: australia.etbtravelnews.com)

SYDNEY, SATUHARAPAN.COM - Sebanyak empat perusahaan Indonesia yang bergerak di bidang teknologi informasi dan komunikasi (TIK) mengikuti pameran CeBIT Australia 2016 yang diselenggarakan di Sydney Olympic Park, Australia pada 2-4 Mei 2016.

CeBIT Australia 2016 dinilai sebagai yang terbesar di kawasan Asia Pasifik. Pameran ini menjadi salah satu sarana bagi industri digital Indonesia untuk meningkatkan ekspor jasa TIK ke Negeri Kanguru.

“Keikutsertaan Indonesia di pameran CeBIT Australia 2016 menunjukkan upaya Indonesia mendorong ekspor sektor jasa TIK ke Australia,” ujar Atase Perdagangan Canberra Nurimansyah dalam keterangan tertulis hari Jumat (20/5).

Keempat perusahaan tersebut yaitu Amirage.J.Spot yang mempromosikan aplikasi Augmented Reality untuk mobile devices. Perusahaan Sydeco mempromosikan produk sistem pembayaran nirkabel.

Sementara perusahaan Ayena Studio membawa jasa animasi dan desain karakter. Selanjutnya perusahaan Evotek mempromosikan perangkat lunak untuk manajemen bisnis.

Nurimansyah menilai para pengusaha Indonesia punya kelebihan untuk bersaing dan merebut pasar TIK di Australia.

“Peluang bagi perusahaan-perusahaan jasa TIK Indonesia sangat besar karena biaya produksi jasa pembuatan aplikasi di Australia jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan Indonesia,” katanya.

Pada kesempatan ini, Nurimansyah meminta para pengusaha nasional untuk terus meningkatkan kemampuan dan keahlian di bidang TIK.

“Para pengusaha untuk terus berkreasi dan berinovasi, sehingga mampu bersaing dengan negara-negara lainnya dalam menghasilkan produk yang mencengangkan dan tepat guna,” katanya.

Menurut Nurimansyah, masyarakat Australia hampir sepenuhnya memanfaatkan teknologi di kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan data dari Interactive Advertising Bureau (IAB), Australia dengan jumlah populasi penduduk sebesar 24 juta, mempunyai jumlah pengguna internet sebesar 21,8 juta. Namun jumlah smart phone yang digunakan di Australia melebihi jumlah penduduknya, yaitu sebanyak 30 juta unit.

Selama tiga hari berpameran, keempat perusahaan yang tergabung dalam Paviliun Indonesia ini berpotensi memperoleh transaksi sebesar USD 241.000 atau lebih dari Rp 3,1 miliar. Salah satu peserta yaitu PT Sydeco, dari Yogyakarta, berhasil menarik minat Pemerintah Negara Bagian New South Wales.

Pemerintah New South Wales akan menjalin kerja sama guna mengembangkan sistem pembayaran nirkabel yang disesuaikan dengan pasar Australia.

CeBIT Australia 2016 diikuti oleh lebih dari 300 peserta yang berasal dari Australia, Filipina, India, Indonesia, Jerman, dan Pakistan. Keikutsertaan Indonesia terwujud melalui sinergi KBRI Canberra, KJRI Sydney, dan ITPC Sydney.

Konsul Jenderal RI di Sydney, Yayan Mulyana, pada pembukaan pameran CeBIT Australia 2016 menyampaikan kebanggaannya atas partisipasi perusahaan TIK Indonesia dan meyakini produk TIK Indonesia memiliki potensi tinggi serta dapat diterima pasar Australia.

“Partisipasi Indonesia di pameran CeBIT Australia 2016 diharapkan mampu mendorong hubungan dagang antara Indonesia dan Australia, meningkatkan ekspor jasa TIK khususnya, serta meningkatkan jaringan people-to-people di antara kedua negara,” katanya.

Editor : Eben E. Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home