Loading...
DUNIA
Penulis: Melki Pangaribuan 17:51 WIB | Selasa, 20 Oktober 2015

Ribuan Pencari Suaka Hadapi Demo Anti-Imigran Jerman

Foto yang diambil pada 9 Oktober 2015 ini menunjukkan para pencari suaka saat menunggu pendaftaran di luar kantor State Office of Health and Social Affairs (LAGeSo) di Berlin tempat ratusan imigran menunggu untuk menerima bantuan dari pemerintah Berlin di Berlin. (Foto: AFP)

SERBIA, SATUHARAPAN.COM - Ribuan pencari suaka, hari Senin (Selasa WIB) harus berjuang melawan hujan deras dan kontrol ketat perbatasan untuk menyeberang menuju Balkan, sementara demonstran yang marah berkumpul di Dresden, Jerman, untuk memperingati hari jadi gerakan PEGIDA yang anti-imigran.

Dalam jumlah yang tidak diduga seperti sebelumnya, kebanyakan dari imigran lari dari kecamuk perang di Suriah, Irak, dan Afghanistan, mengembara melewati Turki, Yunani, dan Balkan barat, mencari hidup baru di Jerman dan negara-negara Uni Eropa lainnya.

Ketegangan terjadi sepanjang jalur migran setelah Hungaria menutup perbatasan utama dengan kawat berduri -- mengalihkan para imigran ke barat menuju Slovenia, yang hanya menerima jumlah terbatas, sama dengan Kroasia.

Pada hari Senin ribuan pengungsi diguyur hujan yang dingin selama berjam-jam ketika mereka menunggu di perbatasan Serbia-Kroasia, dimana keluarga dengan jas hujan plastik berkumpul di sekitar api unggun dan anak-anak berjalan diatas lumpur tanpa alas kaki.

Pekerja Bantuan memberi peringatan mengenai situasi kritis untuk para wanita hamil dan ancaman situasi yang tidak terkontrol, sebelum Kroasia membuka perbatasan untuk memasukkan sekitar 2.000-3.000 migran pada saat siang.

Sekitar 4.500 orang terjebak di perbatasan Kroasia dengan Slovenia, menunggu pihak berwajib untuk membuka gerbangnya.

Slovenia mengklaim membatasi jumlah yang masuk sebanyak 2.500 orang per hari, namun faktanya mereka memasukkan dua kalinya pada hari Senin.

Lebih dari 600.000 orang menyeberangi laut Mediterania tahun ini, sebuah perjalanan berbahaya yang telah memakan 3.000 jiwa yang meninggal maupun hilang.

Tujuan utama bagi kebanyakan orang adalah Jerman sebagai kekuatan ekonomi terbesar Uni Eropa, yang diperkirakan akan menerima sekitar satu juta pengungsi tahun ini. Namun kebijakan buka pintu dari Kanselir Angela Merkel telah memicu kemarahan sebagian rakyat Jerman.

Kebencian

Dua hari setelah seorang pria dengan latar belakang neo-Nazi menusuk leher politisi yang pro-pengungsi dan menyebabkan luka parah, ribuan orang bergabung dalam kampanye yang menandai ulang tahun yang pertama gerakan anti pengungsi Jerman, PEGIDA.

Seorang pendukung PEGIDA terluka parah setelah bentrok dengan demonstran lawan, ujar polisi.

"Para politisi menghina kita, mereka memutar balikkan kita, kita diancam akan dibunuh namun kita masih di sini. Kita akan bertahan untuk kemenangan dan kita akan menang," ujar wakil pendiri PEGIDA Lutz Bachmann dihadapan massanya yang diperkirakan mencapai 39.000 orang.

Perkiraan Independen memberika jumlah yang lebih sedikit, dengan koran lokal Saeische Zeitung menyebutkan 20.000 orang yang hadir, sementara sebuah kelompok universitas yang ahli dalam perkiraan kampanye, Durchgezaehlt menyebutkan sekitar 15.000 hingga 20.000 orang yang hadir.

Hannelore, salah satu peserta demonstransi berujar: "Kita disini untuk anak dan cucu kita, kita senang bahwa masyarakat mempunyai keberanian untuk mengatakannya"

"Pegida bukanlah sebuah gerakan baju cokelat." ujar seorang demonstran yang berusia 60-an yang mengacu pada Nazi. Ia menambahkan: "Frau Merkel membuat negara kita terpojok."

PEGIDA -- singkatan dari "Patriotische Europäer gegen die Islamisierung des Abendlandes" atau "Warga Eropa Patriotik melawan Islamisasi di Barat" -- menarik 25.000 orang di setiap pertemuan mingguannya pada Januari sebelum peminatnya mulai berkurang.

Namun telah terlihat hidup kembali dalam beberapa minggu terakhir dikarenakan adanya gelombang masuk para pengungsi.

Sebelum digelarnya demontrasi tersebut, Merkel mendesak para penduduk untuk menghindari "mereka yang penuh kebencian."

Ribuan orang juga muncul pada demonstrasi anti PEGIDA di Dresden, dan salah satu dari mereka, Hans, 75, mengatakan bahwa sangatlah penting "untuk mayoritas warga agar tidak bergabung kedalam PEGIDA, dan untuk menunjukkan bahwa mereka tidak menyetujui gerakan tersebut."

Sentimen anti orang asing telah menyebabkan serangan berdarah di bagian barat kota Cologne pada Sabtu melawan calon wali kota Henriette Reker, 58, yang aktif dalam membantu pengungsi.

Kamp Konsentrasi

Meskipun gerakan PEGIDA sejauh ini gagal untuk membuat kemajuan dalam aliran utama Jerman, arus imigran tersebut telah mendorong dukungan untuk partai populis sayap kanan di negara lain di Eropa, termasuk Austria.

Sebuah partai populis Swiss yang terkenal dengan kampanye radikalnya melawan imigrasi, Uni Eropa dan Islam, telah memenangi kursi di pemilihan umum parlemen Minggu.

Wali kota Calais di Prancis pada saat itu menyarankan membawa pasukan untuk melihat kamp pengungsi pada hari Senin, di mana sekitar 6.000 migran berkemah dalam situasi yang kumuh, berharap untuk masuk ke Inggris.

Di Jerman, popularitas Merkel menurun dalam pemungutan suara dan terjadi perlawanan dari kelompok di kabinet pimpinannya.

Berharap akan bantuan Turki untuk memperlambat arus imigran, dia mengadakan pertemuan dengan Presiden Recep Tayyip Erdogan di Istambul, hari Minggu.

Uni Eropa menginginkan Turki untuk memperketat keamanan di perbatasan dan menampung lebih banyak pengungsi dengan miliaran bantuan finansial sebagai gantinya, pembebasan visa untuk penduduk Turki, dan percepatan untuk menjadi anggota Uni Eropa.

Namun Perdana Menteri Turki Ahmet Davutoglu mengatakan pada hari Senin bahwa negaranya tidak akan menampung imigran secara permanen untuk menenangkan Uni Eropa.

"Kita tidak ingin menerima adanya anggapan seperti "berikan kami uangnya dan mereka akan tinggal di Turki`," "Turki bukanlah sebuah kamp konsentrasi," katanya. (AFP/Ant)

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home