Loading...
EKONOMI
Penulis: Diah Anggraeni Retnaningrum 21:04 WIB | Selasa, 24 November 2015

Rizal Ramli akan Kembangkan Wisata Toba

Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Rizal Ramli dalam Asian Insights Conference 2015 di Jakarta, hari Selasa (24/11). (Foto: Diah AR)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Rizal Ramli akan meningkatkan sektor pariwisata untuk menciptakan lapangan kerja lebih banyak lagi.

“Kami berpikir keras apa yang bisa cepat menciptakan lapangan pekerjaan. Ternyata turisme,” kata dia dalam Asian Insights Conference 2015 di Jakarta Selatan, hari Selasa (24/11).

“Mengapa turisme? Karena turisme paling murah untuk menciptakan lapangan pekerjaan. Rata-rata hanya perlu USD 3.000 dolar per lapangan kerja. Sektor lain perlu USD 50.000-100.000 per lapangan kerja. Kebetulan wilayah Indonesia banyak pilihan wisata namun memang belum ada infrastruktur yang memadai.”

Jika sektor pariwisata bisa dikembangkan, maka dalam lima tahun ke depan, jumlah lapangan pekerjaan juga akan meningkat dari tiga juta menjadi tujuh juta lapangan kerja langsung. Sedangkan lapangan kerja tidak langsung bisa sampai dua hingga tiga kali lipatnya.

Strateginya adalah dengan memberikan bebas visa ke Indonesia kepada 47 negara. Memang ada yang pro dan kontra. Beberapa menteri dan departemen ada yang protes karena mereka mengalami kerugian atau kehilangan pendapatan dari visa.

“Saya bilang kecil (kerugian) kok paling kalau mereka bayar (visa) USD 50 dolar. Tapi kalau mereka datang ke sini mereka spend USD 100-200 dolar jadi ngitungnya harus ekonomi, jangan departemen,” kata dia.

Pembebasan visa tersebut merupakan salah satu cara juga untuk meningkatkan jumlah wisatawan mancanegara 10 juta turis tahun ini dan 20 juta turis dalam waktu lima tahun mendatang. Sedangkan, untuk devisa tahun ini sekitar USD 10 miliar dan lima tahun mendatang targetnya mencapai USD 20 miliar.

Namun, langkah tersebut memang tidak dibarengi dengan respons dari negara lain yang belum memberikan pembebasan visa bagi warga negara Indonesia.

“Saya terima kasih dan bersyukur mereka tidak kasih kita bebas visa karena kebayang kalau orang Indonesia dikasih bebas visa keluyuran semua ke seluruh dunia. Kita devisanya negatif bukan positif,” kata dia.

Selain pembebasan visa, pemerintah juga akan mengkaji pariwisata maritim misalnya melalui deregulasi perizinan cruise dan yacht.

“Ada ribuan cruise di seluruh dunia tidak pernah mampir Indonesia. Mampir Malaysia, Singapura, Thailand balik lagi. Kenapa? Karena izin untuk dapat cruise itu lama sekali. Berbulan-bulan nggak jelas. Kami sederhanakan hanya beberapa hari,” kata dia.

Dia ingin agar wisatawan bisa merasakan kemudahan dalam berwisata di Indonesia. Rizal juga akan menempatkan pegawai imigrasi di kapal untuk melakukan kewajiban administrasi bila diperlukan.

Strategi lainnya adalah membangun infrastruktur di beberapa tempat pariwisata lainnya di Indonesia selain Bali.

Misalnya Danau Toba. Rencananya, Rizal akan membangun sebuah image yang baru terhadap danau yang sangat terkenal di Tanah Batak tersebut yaitu sebagai Monaco of Asia.

Dalam penggarapannya, Rizal akan membentuk tim khusus untuk mendatangkan investor untuk membangun kawasan wisata tersebut melalui Toba Tourism Authority. Tim ini nantinya dalam mengambil keputusan terkait kawasan wisata Danau Toba tidak memerlukan pertimbangan dari enam bupati yang berkuasa di Sumatera Utara tersebut sehingga proses pengambilan keputusan akan lebih cepat.

Menurutnya, pembangunan image pariwisata tidak hanya sebatas fisik saja tapi juga cerita di baliknya. Oleh karena itu, Rizal sedang meminta tim ahli untuk mencari dan menuliskan cerita-cerita nyata di balik keindahan alam Indonesia, khususnya Danau Toba sehingga membuat wisatawan manca negara tertarik untuk berkunjung.

Hal yang sama juga akan dilakukan di Pulau Seribu, Borobudur, Gunung Bromo, Flores, Labuan Bajo, Lombok Selatan dan Raja Ampat.

Dalam pengelolaannya, Rizal mengatakan akan menganut sistem management competition. Tidak seperti yang terjadi di Bandung di mana ada salah satu tempat yang semua pedagangnya hanya menjual celana jeans saja sehingga turis yang datang ke tempat itu merasa bosan dan akhirnya usaha kecil menengah (UKM) mati.

“Misalnya, di Toba hanya ada boleh 15 coffee shop, 10 ice cream shop, 30 pedagang ulos dan 20 pedagang kaos sehingga turisnya senang dan akan menghabiskan uang lebih banyak dan UKM tetap bertahan,” kata dia.

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home