Loading...
INDONESIA
Penulis: Martahan Lumban Gaol 17:22 WIB | Jumat, 11 Maret 2016

Romo Magnis Berdoa Orang Kristen Tidak Cepat Jadi Presiden

Rohaniawan, Franz Magnis Suseno, saat menjadi pembicara dalam diskusi bertema ‘Pemimpin yang Melayani di Tengah-tengah Kebhinekaan’ yang diselenggarakan dalam Hari Ulang Tahun ke-17 Forum Komunikasi Kristiani Jakarta (FKKJ) di Aula Gereja Bethel, Jakarta Pusat, hari Jumat (11/3). (Foto: Martahan Lumban Gaol)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Rohaniwan Katolik, Franz Magnis Suseno, berdoa agar pemeluk agama Kristen tidak segera memimpin Republik Indonesia. Dia tidak ingin peristiwa yang terjadi di Amerika Serikat saat John Fitzgerald Kennedy terpilih sebagai presiden–tahun 1961–menghampiri Tanah Air.

Menurutnya, saat John Fitzgerald Kennedy berhasil menjadi Presiden Amerika Serikat pada tahun 1961, rakyat Amerika Serikat khawatir Negeri Paman Sam tersebut akan dikuasai oleh Vatikan.

“Saya selalu berdoa agar orang Kristen tidak cepat jadi Presiden Republik Indonesia. Karena, ketika John Fitzgerald Kennedy jadi Presiden Amerika Serikat, masyarakat takut, jangan-jangan Amerika Serikat akan diambil oleh Vatikan,” kata sosok yang akrab disapa Romo Magnis itu saat menjadi pembicara dalam diskusi bertema ‘Pemimpin yang Melayani di Tengah-tengah Kebhinekaan’ yang diselenggarakan dalam Hari Ulang Tahun ke-17 Forum Komunikasi Kristiani Jakarta (FKKJ) di Aula Gereja Bethel, Jakarta Pusat, hari Jumat (11/3).

Lebih lanjut, Romo Magnis berbicara terkait kebinekaan. Menurutnya, kebinekaan harus datang dari kepercayaan iman, bukan hanya pertimbangan politik. Sebab, kata dia, Indonesia bukan negara yang ingin mensikretiskan agama, seperti antara Islam dan Kristen.

“Tapi kita tidak boleh mengadili, karena Yesus menyuruh kita jangan mengadili agar kita tidak diadili. Jadi lebih baik kita mengasihi daripada kita berdosa,” katanya. Menurut Romo Magnis, setiap individu harus saling menghormati antarkeyakinan.

Dia juga mengatakan pemeluk keyakinan mayoritas di Indonesia juga harus bertanggung jawab atas keselamatan dan kesejahteraan kaum minoritas. Kaum pemeluk keyakinan mayoritas dituntut memiliki kepekaan, bukan menjadi aktor provokatif dan hanya memperhatikan perasaan kelompoknya saja.

“Mereka (kaum mayoritas) harus berbesar hati. Saya kira dengan begitu akan terbangun hubungan yang baik,” tutur Romo Magnis.

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home