Loading...
SAINS
Penulis: Dewasasri M Wardani 14:58 WIB | Jumat, 15 Januari 2016

Sebagian Besar Tanah Pertanian di Indonesia “Sakit”

Dosen Fakultas Pertanian (Faperta) Unpad, Dr Rija Sudirja SP MT. (Foto: unpad.ac.id)

JATINANGOR, SATUHARAPAN.COM – Berdasarkan hasil dari sejumlah penelitian di Indonesia, diketahui sebagian besar kondisi tanah pertanian di Indonesia termasuk dalam kategori “sakit”. Tanah sakit terutama terjadi pada area industri, yang terkena dampak pembuangan limbah. Demikian dikatakan  Dosen Fakultas Pertanian (Faperta) Unpad, Dr Rija Sudirja SP MT.

Kondisi tersebut, mengakibatkan tanaman dapat mengalami gagal tumbuh. Jika pun dapat tumbuh dan berhasil panen, hasilnya tidak akan akan sebanyak dan sebaik yang diharapkan.

“Saya menemukan, kalau memang bisa dipanen dengan asupan air itu, ya memang mengandung zat toksik yang berbahaya. Hasil penelitian saya, ada beberapa zat atau logam yang sudah masuk ke jaringan tanaman,” kata Dr Rija saat ditemui di ruang kerjanya beberapa waktu lalu.

Dr Rija menambahkan, jika sudah masuk ke jaringan yang menjadi sumber konsumsi manusia, maka dapat membahayakan bagi kesehatan. Misalnya saja, pada padi, zat berbahaya tersebut sudah masuk pada bulirnya.

“Artinya, itu sangat membahayakan bagi kesehatan juga. Bukan hanya (membahayakan) lingkungan saja tetapi kesehatan dan keselamatan, serta keamanan makhluk hidup,” kata Dr Rija yang mendalami ilmu Kesuburan Tanah dan Nutrisi Tanaman ini.

Dengan demikian, Dr Rija bersama tim pun, memiliki upaya untuk mengatasi hal tersebut. “Bagaimana pun juga tanah yang sudah terlanjur tercemari itu harus dipulihkan selagi masyarakat juga memproduksi,” katanya.

Salah satunya, yaitu dengan mengembangkan pupuk yang ia sebut sebagai “Multi Fungsi”. Bukan hanya berfungsi dalam menyediakan hara bagi tanaman, pupuk ini juga, berfungsi untuk menurunkan kadar zat toksik yang ada di dalam tanah.

“Saya mencoba meneliti berbagai bahan yang bisa menyerap zat toksik, kemudian sekaligus juga bahan-bahan yang memang menjadikan nutrisi bagi tanaman,” kata pria kelahiran Sumedang, 19 Agustus 1969 ini.

Dr Rija mengatakan,  pupuk ini sudah teruji laboratorium dan efektivitas. Ia sendiri mengkhususkan pupuk ini untuk diaplikasikan pada lahan yang memang sudah tercemar industri tekstil.

Saat ini, pengembangan terus dilakukan, termasuk upaya untuk memperkaya kandungan pupuk tersebut dengan adanya mikroorganisme. “Jadi ini akan diperkaya dengan mikroba yang memang mampu mengurai atau mendegradasi senyawa-senyawa toksik yang ada di dalam tanah sehingga mengurangi residunya,” katanya.

Selain itu, ia juga berharap Fakultas Pertanian Unpad akan memiliki “pabrik mini” sebagai tempat mencetak formula, dan produk untuk keperluan industri, sesuai dengan kebutuhan dari masing-masing komoditas tanaman.

Terkait tanah yang “sehat”, Dr Rija pun menjelaskan, idealnya bahan organik yang terkandung dalam tanah adalah sebesar 5 persen. “Sekarang, untuk tanah-tanah yang seperti di Lembang saja itu berkisar 2-3 persen, belum lagi di daerah-daerah yang tingkat pencucian tinggi karena faktor curah hujan,” katanya.

Selain itu, ada sejumlah indikator lain yang menunjukkan tingkat kerusakan lahan. Dr Rija mengatakan, kerusakan lahan terjadi karena faktor alam dan juga perilaku manusia.

“Tapi memang secara umum, manusia yang pengelolaannya kurang baik. Makanya, bagaimana menciptakan lahan supaya berkelanjutan,” kata Kepala Departemen Ilmu Tanah dan Sumber Daya Lahan Faperta Unpad ini.

Menurutnya, setiap pengelolaan itu harus mempunyai nilai tanggung jawab terhadap lingkungan. Oleh karena itu, ia selalu berupaya untuk mencari cara, agar disamping dapat meningkatkan produksi pertanian juga dapat menjaga lingkungan serta keberlanjutan.

Hingga saat ini, berbagai penelitian dan pengabdian kepada masyarakat terkait pertanian yang berkelanjutan sudah ia lakukan.

Salah satunya, yaitu dibuatnya pompa air tenaga matahari di Kabupaten Kuningan yang telah diresmikan Desember 2015 lalu. Selain di Kuningan, pompa air tenaga matahari juga menjadi kegiatan pengabdian Dr Rija di Subang (diresmikan tahun 2013) dan Sumedang (diresmikan 2014).

Dr. Rija mengungkapkan, pompa air yang ia kembangkan tersebut ramah lingkungan, dan menerapkan sistem keberlanjutan. Perawatannya pun mudah dan tahan lama. Adapun area yang ia pilih adalah daerah-daerah yang sering dilanda kekeringan, dan penduduknya kebanyakan adalah petani. (unpad.ac.id)

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home