Loading...
INSPIRASI
Penulis: Hananto Kusumo 11:43 WIB | Minggu, 18 September 2016

Tak Lagi Andalkan Mamon

"Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon" (Luk. 16:3c).
Foto: istimewa

SATUHARAPAN.COM – Yesus, Sang Guru dari Nazaret, kembali memaparkan perumpamaan yang misterius dan mendalam. Dalam Lukas 16:1-13, Yesus menjelaskan bagaimana semestinya para pengikut-Nya bersikap terhadap ”Mamon”, yang berarti kekayaan.

Yesus mengumpamakan: Ada seorang bendahara yang hendak dipecat oleh tuannya. Agar tetap bisa hidup, bendahara tersebut membagi-bagikan ”pembebasan sejumlah utang” kepada banyak orang yang kesulitan karena terbebani utang mereka kepada majikannya. Akhirnya bendahara itu pun ditolong oleh orang-orang itu ketika ia sudah tak bersama tuannya yang kaya itu.

Membaca perumpamaan itu tak sedikit orang salah paham, mengira bahwa Yesus menyetujui pengkhianatan (terhadap pimpinan) atau penipuan—bahkan seolah-olah Yesus setuju dengan tindakan korupsi. Tentu saja tidak! Selama hidup Yesus selalu menentang ketidakjujuran dan ketidakbenaran. Yesus menegaskan: ”Kalau iya harus dikatakan iya, kalau tidak harus dikatakan tidak”.

Sebuah cerita perumpamaan hanya dapat dijelaskan sesuai maksud pembuat cerita. Misalnya, cerita ”Katak Menjadi Lembu” adalah kisah kesombongan dengan perbandingan ”besar tubuh”, bukan ”panjang lidah”. Demikian pula cerita tentang ”Bendahara Cerdik” ini, maksud Yesus bukanlah masalah kelicikan atau kesalahan dari bendahara itu, melainkan tentang pilihan bijaksana yang diambil bendahara itu.

Dalam kisah ini, bendahara itu semula mengandalkan hidupnya pada tuannya yang kaya (melambangkan kekayaan), lalu beralih pada relasi yang baik (dengan yang berkekurangan). Melalui perumpamaan ini Yesus menandaskan bahwa keselamatan kekal (”kemah abadi”) bukanlah jika kita  mengandalkan kemapanan kekayaan, melainkan mengandalkan hubungan yang baik.  

Yesus juga menegaskan bahwa orang yang diselamatkan pada akhir zaman ialah yang mengasihi orang yang berkekurangan (bahkan rela melepaskan harta bagi mereka), karena itu sama artinya dengan mengasihi Tuhan sendiri (Mat. 25:35-40).

Untuk mencapai ”kemah abadi”, kita tidak bisa mengandalkan kekayaan. Relasi anugerah jauh lebih penting daripada nafsu atau cinta akan uang. Relasi anugerah ini patut dihayati dan dinyatakan dalam setiap doa, ibadah, pelayanan, bahkan kehidupan kita sehari-hari.

 

Email: inspirasi@satuharapan.com

Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home