Loading...
INSPIRASI
Penulis: Katherina Tedja 08:14 WIB | Rabu, 14 Mei 2014

The Invisible Hand

Adam Smith (foto: carapedia.com)

SATUHARAPAN.COM – Tidakkah  hidup tampak lebih mengerikan akhir-akhir ini?

Gadis-gadis belia yang sedang belajar memadu kasih menghadapi risiko yang tidak masuk akal. Dia bisa kehilangan nyawanya. Dan mungkin nyawa keluarganya juga.

Interaksi yang biasa-biasa saja, ucapan yang wajar-wajar saja, dapat memicu amarah tak terkekang. Dan nyawa bisa hilang hanya dengan mengucap yang belum tentu salah, atau dengan tidak mengucap apa pun.

Binar indah cemerlang mata kanak-kanak yang memandang dunia tanpa curiga, tidak lagi selalu mengundang kasih sayang, tetapi mendatangkan birahi dan tangan-tangan kotor untuk menjamahnya dan menggilasnya sekalian. Tidak ada lagi tempat aman… bahkan rumah bukan tempat yang aman.

Praktik politik yang kita cermati di media massa dengan setumpuk harapan yang membuncah, mempersembahkan praktik politik, yang oleh banyak pengamat, merupakan praktik yang paling kotor dan korup dan tidak tahu malu sepanjang sejarah bangsa.

Apakah kita telah salah mengajar anak-anak kita tentang kebenaran, keadilan, kejujuran, dan belas kasih? Tampaknya, bukan itu yang berlaku dalam hidup… namun kita tidak juga mulai mengajari buah hati kita kebalikan dari semua itu. Apakah karena kita diam-diam meyakininya, bahwa kebenaran dan keadilan, kejujuran dan belas kasih adalah cara hidup yang valid?

Adam Smith, bapak ilmu ekonomi klasik suatu kali menuturkan teorinya yang terkenal: meski para pelaku pasar selalu mencari cara untuk memaksimalkan keuntungannya dengan egois dan ambisius, namun ada tangan tak terlihat, invisible hand, yang mendatangkan manfaat terbaik bagi masyarakat.

Kita tahu siapa pemilik invisible hand itu. Ia tidak hanya berkuasa atas pasar, Ia berkuasa atas segenap kehidupan. Bahkan dari orang-orang rakus yang hanya mementingkan diri sendiri. Ia dapat menjadikan akhir yang baik sesuai kehendak-Nya pada waktu-Nya.

Meski demikian, sepatutnya kita tetap peduli dan mengasihi, biarlah kita tetap berpegang pada kebenaran, keadilan, dan kejujuran. Karena Sang Pemilik Invisible Hand, adalah juga Sang Pemilik Invisible Eyes, yang melihat semua yang tersembunyi, bahkan sanubari kita yang paling dalam sekali pun. Kepada-Nya kita patut gentar!

Dan jiwa yang gundah… biarlah mendapat istirahatnya dalam pengetahuan ini: The Invisible Hand tetap berkarya dalam kehidupan kita bahkan ketika mata jasmani kita tidak dapat melihatnya.

Editor: ymindrasmoro

Email: inspirasi@satuharapan.com


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home