Loading...
RELIGI
Penulis: Prasasta Widiadi 15:06 WIB | Selasa, 12 Januari 2016

Tujuh Perupa Taiwan Tunjukkan Spirit Toleransi di Kanada

Tujuh Perupa Taiwan  Tunjukkan Spirit Toleransi di Kanada
Para seniman yang menampilkan karya di sebuah galeri di Vancouver, Kanada. (Foto-foto: thenewslens.com).
Tujuh Perupa Taiwan  Tunjukkan Spirit Toleransi di Kanada
Anli Genu seorang pendeta Kristen dan Atayal Aborigin dari Jianshi, Hsinchu County yang juga ikut dalam pameran tersebut dan dibelakangnya adalah lukisan karyanya.

VANCOUVER, SATUHARAPAN.COM – Tujuh perupa asal Taiwan menampilkan karya seni yang mencerminkan  latar belakang kepercayaan yang berbeda di Taiwan, pameran tersebut digelar di Vancouver, Kanada.

Menurut The News Lens, hari Senin (11/1) para seniman tersebut antara lain Yuma Tairu, Tu Wei Cheng, Charwei Tsai, Anli Genu, Wali Labai, dan Chiu Yu Wen.

Penulis artikel tersebut, jurnalis asal Taiwan yang berdomisili di Kanada, Jenny Peng menjelaskan kehidupan spiritual di Taiwan  tidak seperti tempat lain di dunia. Sepanjang sejarah, Taiwan telah beradaptasi dengan pendudukan Tiongkok, Portugis, Belanda, Spanyol dan  Jepang. Dengan adanya pemisahan diri, praktek agama yang berbeda namun tetap menunjukkan perdamaian dimasukkan ke satu bagian spiritual di Taiwan.

 Budaya Taiwan adalah contoh dari bagaimana spiritual pluralitas adalah bagian integral masyarakat berkembang. Pameran berlangsung di UBC Museum Antropologi di Vancouver, Kanada mulai Januari sampai April 2016.

Jenny mengatakan bila hendak menyoroti aktivitas keagamaandi Taiwan  tidak bisa harus melihat lebih jelas tentang UBC Museum Antropologi di Vancouver, Kanada.

“Para pengunjung bisa mendapat penjelasan secara tidak langsung tentang keberagaman di Taiwan lewat pameran,” kata dia.   

Dalam pameran tersebut dipamerkan berbagai jenis seni yang berbeda mulai dari lukisan, patung, seni kriya, dan kerajinan. Dalam iklim intoleransi agama dan konflik ideologis di seluruh dunia.

Tujuh seniman, Jenny mengatakan, menggelar pameran dengan menggabungkan keyakinan dari agama Buddha, Kristen, Taoisme, Konfusianisme dan animisme dari komunitas aborigin. Pameran itu, Jenny mengatakan, adalah contoh bagaimana kebebasan berekspresi dan toleransi beragama memperkuat bangsa dengan memperkaya narasi budaya, politik dan artistik.

Jenny mendeskripsikan bila orang sudah berulang kali pergi ke Taiwan pasti sudah pernah membayangkan akan berjalan menyusuri jalan atau lingkungan di Taipei atau Tainan, dan satu akan menemukan kuil Tao yang terletak di sebelah gereja modern dan  kuil Buddha.

Wali La Bai, seorang desainer grafis  menampilkan instalasi lima menit video berjudul, Invisible Project: Whispering with Spirits.

Labai menampilkan video yang didalamnya berisi potret masyarakat adat yang telah dikumpulkan selama bertahun-tahun dan memiliki projek yang bertemakan alam seperti hutan, air terjun, dan tebing.

“Sebagai orang setengah pribumi, semangat dan pengetahuan saya telah dibentuk oleh budaya Cina Han, namun saya masih bisa mengungkapkan kebijaksanaan alam budaya ibuku," tulis Labai, yang memiliki akar dalam komunitas Aborigin.

“Masyarakat Aborijin telah direklamasi dengan alat-alat budaya dominan, seperti teknologi digital, menciptakan karya saya,” kata Labai.

Pameran ini juga menampilkan karya Anli Genu seorang pendeta Kristen dan Atayal Aborigin dari Jianshi, Hsinchu County. Genu melukis dengan menggunakan minyak dan bambu di atas kanvas, lewat karyanya Genu mendesak setiap orang  untuk memeriksa kembali arti Kekristenan dalam hidup mereka sendiri.

“Dalam aliran maka akan berubah dari sejarah,” kata Genu. (thenewslens.com).

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home