Loading...
RELIGI
Penulis: Yan Chrisna Dwi Atmaja 19:48 WIB | Selasa, 02 Juni 2015

Umat Buddha Kirab Waisak Mendut ke Borobudur

Sejumlah Bhiksu membawa obor api abadi saat prosesi penyematan api abadi dan air berkah di Candi Mendut, Magelang, Jawa Tengah, Senin (1/6). Api yang diambil dari sumber api abadi Mrapen Grobogan tersebut di letakkan bersama air berkah yang diambil dari umbul Jumpit, Temanggung yang disemayamkan di Candi Mendut sebagai rangkaian Hari Raya Tri Suci Waisak 2559 BE/2015. (Foto: Antara)

MAGELANG, SATUHARAPAN.COM - Umat Buddha bersama para biksu Sangha Perwakilan Umat Buddha Indonesia (Walubi) menjalani kirab Tri Suci Waisak 2015 dari pelataran Candi Mendut menuju Candi Borobudur Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Selasa (2/6).

Setiap umat dan para biksu tampak memegang bunga "sedap malam" dalam kirab berjalan kaki sejauh sekitar 3,5 kilometer yang mulai sekitar 14.30 WIB dengan langit di kawasan setempat yang cerah tersebut.

Dua umat berjalan paling depan sambil mengusung lambang negara, Garuda Pancasila. Di barisan depan terlihat Wakil Ketua Umum Walubi Arief Harsono, Ketua Dewan Penyantun Walubi Murdaya Poo, dan Ketua DPD Walubi Jawa Tengah David Hermanjaya.

Mereka membawa bendera Merah Putih dan Bendera Walubi, sedangkan ratusan umat lainnya mengenakan pakaian putih membawa bendera Merah Putih dan bendera Walubi.

Selain itu, peserta kirab adalah ratusan umat yang mengenakan pakaian adat dari seluruh daerah di Indonesia, yang disebut barisan Bhinneka Tunggal Ika.

Sejumlah mobil berhias dengan tandu unik, antara lain membawa air berkah dan api dharma Waisak 2015. Air berkah diambil dari sumber air Umbul Jumprit di lereng Gunung Sindoro, Kabupaten Temanggung, sedangkan api dharma diambil dari sumber api alami Mrapen Kabupaten Grobogan, Jateng.

Puluhan biksu berusia tua, dalam kirab tersebut menumpang kendaraan berhias bentuk kapal. Di sepanjang rute kirab, para biksu tersebut memercikkan air dan menaburkan bunga mawar warna merah dan putih kepada masyarakat yang memadati tepi kanan dan kiri jalan tersebut.

Sekelompok masyarakat juga mengikuti kirab dengan berpakaian tarian tradisional warok, sedangkan aparat kepolisian menjaga kelancaran umat Buddha dan para biksu berbagai dewan Sangha Walubi saat menjalani kirab tersebut.

Sejak pagi, umat dari berbagai majelis Walubi menjalani ritual doa dan pembacaan parita di tenda-tenda yang didirikan panitia di pelataran Candi Mendut.

Puncak Waisak 2015 jatuh pada Selasa pukul 23.18.43 WIB ditandai dengan meditasi detik-detik Waisak di pelataran Candi Agung Borobudur yang juga warisan budaya dunia,dibangun sekitar abad ke-8 masa pemerintahan Dinasti Syailendra itu, oleh umat dan para biksu.

Tema Waisak 2015 adalah "Kembangkan Benih Kebuddhaan dalam Diri Masing-Masing" dengan subtema "Sucikan Pikiran Manusia agar Dunia dan Alam menjadi Harmonis".

Koordinator Dewan Sangha Walubi Biksu Tadisa Paramita Mahasthavira mengajak umat untuk memanfaatkan perayaan Tri Suci Waisak 2015 untuk melaksanakan introspeksi, refleksi, dan mengevaluasi batin masing-masing.

"Mari kita introspeksi, refleksi, dan mengevaluasi penyakit batin dan kecenderungan mental ini, mengkaji moralitas dan spiritualitas kita sampai di mana," katanya seperti dikutip kantor berita Antara.

Penyakit batin, katanya, harus diobati dengan dharma yang sesuai dan efektif.

Ia mengemukakan pentingnya umat menyadari bahwa melatih diri sebagai bagian utama dalam mengisi kehidupan manusia.

"Mencapai kesucian diri adalah tujuan utama manusia saat mengalami 'tumimbal' lahir di alam manusia," katanya.

Barang siapa lalai, lengah, dan mengabaikan praktik kesucian, katanya, mengakibatkan kekotoran batin akan tumbuh dan berkembang sehingga kebodohan makin meluas dan kejahatan merajalela.

Bila kesucian hati dan pikiran terus dikembangkan, katanya, pikiran negatif yang penuh keserakahan, kebencian, dan kebodohan akan lenyap.

"Dan berganti hati yang penuh cinta kasih, belas kasih, simpati, dan keseimbangan batin akan tumbuh subur sehingga dapat memasuki arus kesucian, kelak akan terbebas dari lingkaran 'tumimbal' lahir yang menyakitkan," kata Biksu Tadisa Paramita Mahasthavira.  (Ant)


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home