Loading...
EKONOMI
Penulis: Kartika Virgianti 23:00 WIB | Kamis, 03 Oktober 2013

Wamen Pertanian: Daging Ayam Penuhi 53 Persen Kebutuhan Protein Hewani Masyarakat

Wakil Menteri Pertanian, Rusman Heryawan. (Foto: Kartika Virgianti)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Wakil Menteri Pertanian, Rusman Heryawan mengatakan daging ayam bisa menutupi 53 persen dari kebutuhan protein hewani, sisanya bisa daging kambing, daging sapi, dan segala macam daging, sebagaimana yang ia sampaikan pada event International Livestock and Dairy Expo (ILDEX) Indonesia dan Festival Ayam dan Telur 2013, di Jakarta International Expo (JIExpo) Kemayoran, Jakarta Pusat, Kamis (3/10).

Sedangkan produksi telur ayam kira-kira 1,05 juta ton, menutupi 70 persen dari kebutuhan telur, yang lainnya ada telur puyuh, telur bebek, dan lainnya. Produksi tahun 2012 kira-kira 1,4 juta ton. Dan ini meningkat terus tiap tahun mengikuti kebutuhan penduduk yang terus bertambah dan juga pendapatan yang bertambah.

Situasi peternakan kita saat ini khusus untuk daging sapi sepanjang tahun 2012 menjadi bintangnya berita-berita miring. Kebutuhan daging memang terus meningkat, seiring dengan pertambahan penduduk. Dari 250 juta penduduk yang harus dicukupi kebutuhan pangannya, 135 jutanya adalah golongan ekonomi menengah yang sudah mulai berubah gaya hidupnya, terutama dalam hal konsumi daging.

Rusman tidak mengatakan optimis ataupun pesimis untuk mencapai swasembada daging di tahun 2014. Karena kalau daging swasembada itu artinya produksi dalam negeri harus minimal mencukupi 90 persen dari kebutuhan. Kita tidak bisa menutup semuanya harus produksi dalam negeri, dan tidak boleh impor.

Indonesia Tidak Pernah Kekurangan Daging Ayam dan Telur

Pengembangan budidaya ayam petelur (ras) ini sangat berhasil dan menjadi catatan baik dalam sejarah kita, karena kita tidak pernah kekurangan daging ayam dan telur. Bahkan sebelumnya Indonesia pernah menjadi eksportir ayam dan telur, namun karena ada masalah seperti flu burung jadi masih ditahan untuk ekspansi ke pasar internaional. Tapi suatu ketika nanti kita harus mampu untuk mengekspor kembali daging ayam dan telur.

Konsumsi daging ayam kita masih 7,6 kg per kapita per tahun, sedangkan di Malaysia, Thailand, sudah di atas 12 kg. sedangkan konsumsi telur masyarakat adalah 90 butir per tahun per kapita, yaitu dengan menghitung 360 hari dibagi 90 butir, hal ini berarti orang Indonesia makan sebutir telur empat hari sekali. Walaupun kita baik dalam sisi suplainya, namun dari sisi konsumsi kita masih relatif rendah.

Ia berharap pada pelaku-pelaku bisnis ayam dan telur menciptakan suatu supply driven. Kalau pangan yang lain seperti gula, atau lainnya itu lebih karena demand driven. Satu-satunya urusan pangan yang bisa kita ciptakan supply driven adalah unggas dan telur. Agar pelaku-pelaku bisnis ini juga ikut mendorong masyarakat meningkatkan konsumsi daging ayam dan telur.

Pangan Hewani yang Sehat, Aman dan Halal

“Tantangan selanjutnya bagaimana masyarakat mengkonsumsi pangan hewani ini secara sehat, aman dan halal. Ini tugas Kementerian Pertanian, namun bagaimanapun juga kita tidak bisa bekerja sendirian, maka kita berharap dari pemerintah DKI Jakarta juga bisa membantu. Terlalu jauh jika kita berpikir untuk melakukannya di Papua, tapi kita mulai dari yang paling dekat di Jakarta. Bagaimana kita bisa menjamin warga Jakarta ini bisa mengkonsumsi daging ayam yang sehat, aman dan halal,” kata Rusman.

“Karena yang saya lihat di pasar-pasar tradisional, walaupun pasarnya sudah bagus, dikeramik, air bersih juga cukup, tapi praktek penjualan daging ayamnya belum memenuhi good agriculture practice (GAP), seperti banyaknya lalat, buang limbahnya sembarangan. Oleh karena itu masih perlu social engineering buat para pedagang,” tambah dia.  

Rusman berharap nantinya sistem yang akan dibuat agar masyarakat walaupun belanja di pasar tradisional, tapi daging yang dikonsumi benar-benar daging yang aman dan sehat, sebagaimana yang ada di supermarket. Ia berharap event ini menjadi wujud komitmen bersama untuk membangun peternakan di Indonesia, mewujudkan kedaulatan pangan.

Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home