Loading...
MEDIA
Penulis: Sabar Subekti 16:33 WIB | Rabu, 30 April 2014

Wartawan Pakistan dalam Ancaman Pembunuhan

Sedikitnya 34 wartawan dibunuh di Pakistan sejak 2008. Mata-mata militer dituduh terlibat. (Foto: AFP)

ISLAMABAD, SATUHARAPAN.COM - Wartawan di Pakistan hidup di bawah ancaman pembunuhan, pelecehan dan kekerasan lainnya dari semua pihak, termasuk intelijen, partai politik dan kelompok-kelompok bersenjata seperti Taliban. Demikian dikatakan, Amnesty International  dalam sebuah laporan.

Dalam laporan berjudul: “Sebuah Peluru Telah Dipilih untuk Anda: Serangan terhadap Wartawan di Pakistan,” menggambarkan bagaimana pihak berwenang Pakistan telah hampir sepenuhnya gagal membendung pelanggaran hak asasi manusia terhadap pekerja media atau untuk membawa mereka yang bertanggung jawab ke pengadilan.

Amnesty International telah mendokumentasikan 34 kasus jurnalis yang meninggal di Pakistan dalam menjalankan pekerjaan mereka sejak tahun 2008, tetapi hanya satu kasus di mana pelakunya dibawa ke pengadilan.

Penyiar televisi, Hamid Mir dan rekannya dari saluran televisi berita swasta, GEO,  selamat dari serangan baru-baru ini. Agen mata-mata militer dari Inter-Services Intelligence (ISI)  dituduh sebagai dalangnya. Pihak militer membantah tuduhan tersebut dan menuntut saluran itu ditutup.

Pekan sebelumnya, pembawa acara TV lain, Raza Rumi, diserang di kota Lahore. Dia telah melarikan diri ke Amerika Serikat.

Mengkritisi ISI atau militer disebutkan sebagai tabu di Pakistan dan hal itu membuat konfrontasi antara Geo dan militer. Serangan itu juga telah memicu perdebatan tentang kebebasan pers di Pakistan.

Wartawan Menjadi Target

Kasus pembunuhan ini  adalah statistik yang paling brutal, karena ada lebih banyak wartawan yang diancam, dilecehkan, diculik, disiksa, atau lolos upaya pembunuhan pada periode  tersebut.

"Komunitas media Pakistan dikepung secara efektif. Wartawan, khususnya yang meliput isu-isu keamanan nasional dan hak asasi manusia, ditargetkan oleh semua pihak dalam pola untuk membungkam laporan mereka," kata David Griffiths, Deputi Direktur Asia - Pasifik Amnesty International.

"Ancaman konstan menempatkan wartawan pada posisi yang sulit, di mana hampir semua berita yang sensitif membuat mereka beresiko mengalami  kekerasan," kata dia.

Laporan ini didasarkan pada penelitian lapangan yang luas pada lebih dari 70 kasus dan wawancara dengan lebih dari 100 pekerja media di Pakistan.

Banyak wartawan yang diwawancarai mengeluhkan pelecehan atau serangan oleh individu yang terhubung pada agen mata-mata militer yang ditakuti, Direktorat Inter-Services Intelligence (ISI ).

Agen mata-mata terlibat dalam beberapa penculikan, penyiksaan dan pembunuhan terhadap wartawan, tetapi tidak ada pejabat  ISI pernah dibawa ke pengadilan, yang memungkinkan mereka beroperasi di luar jangkauan hukum.

Pelanggaran HAM terhadap wartawan oleh ISI sering mengikuti pola umum yang dimulai dengan panggilan telepon yang mengancam dan meningkat menjadi penculikan, penyiksaan dan perlakuan buruk lainnya, dan dalam beberapa kasus menjadi pembunuhan.

Wartawan juga menjadi korban oleh kelompok non pemeerintah. Di Karachi, pendukung partai  Gerakan Muttahida Qaumi (MQM), Ahle Sunnah Wal Jamaah (ASWJ) sebuah kelompok agama  juga dituduh melecehkan atau membunuh jurnalis.

Di Provinsi Balochistan yang dirundung konflik,  kelompok Taliban, Lashkar-e-Jhangvi dan kelompok etnis Baloch bersenjata secara terbuka mengancam wartawan dengan pembunuhan dan menyerang mereka sebagai balasan atas usaha menyoroti pelanggaran mereka atau tidak mempromosikan ideologi mereka. Wartawan di jantung Pakistan di  Punjab juga menghadapi ancaman dari Taliban dan kelompok yang terkait Lashkar-e-Jhangvi.

Namun demikian, pemerintah jarang menyelidiki kasus tersebut. Hanya dalam beberapa kasus yang banyak dibicarakan dan menimbulkan kemarahan public baru  ada penyelidikan. "Pemerintah (Pakistan) berjanji memperbaiki situasi yang mengerikan bagi wartawan, termasuk membentuk jaksa penuntut umum untuk menyelidiki serangan terhadap wartawan. Tapi hanya beberapa langkah konkrit  yang diambil," kata David Griffiths.

 laporan itu  menyatakan bahwa Pakistan harus menyelidiki lembaga militer dan intelijen dan memastikan bahwa mereka yang bertanggung jawab atas pelanggaran HAM terhadap wartawan  dibawa ke pengadilan.

Tanpa langkah-langkah itu, media Pakistan bisa diintimidasi dan dibungkam. Iklim ketakutan telah berdampak mengerikan pada kebebasan pers di sana.


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home