Loading...
SAINS
Penulis: Dewasasri M Wardani 09:41 WIB | Jumat, 05 Juni 2015

Waspada Mers CoV

Tidak Khawatir Virus Mers Sejumlah calon haji umroh asal Indonesia menunggu pemberangkatan di Bandara Internasional Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Rabu (7/5/ 2014). (Foto: Antara/Lucky R)

SATUHARAPAN.COM – Kasus Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus (MERS CoV) di Korea Selatan berjumlah 30 orang, dua diantaranya meninggal dunia. Di seluruh dunia ada 1.161 kasus MERS CoV (di lebih dari 20 negara, sebagian besar di Arab Saudi dan Timur Tengah lainnya, di Asia ada di Korea Selatan, Tiongkok dan Malaysia), 436 diantaranya meninggal dunia. Sampai saat ini,  belum ada pembatasan bepergian ke Korea Selatan dan juga ke Timur Tengah yang kasusnya lebih banyak.

Gejala MERS CoV antara lain adalah batuk, demam dan sesak napas.

Ada lima anjuran Kementerian Kesehatan kepada masyarakat Indonesia yang akan bepergian ke Korea Selatan dalam waktu dekat, yaitu :

Selalu rajin cuci tangan pakai sabun (CTPS), karena sudah terbukti kegiatan ini menurunkan penularan MERS CoV.

   Baca juga:

MERS CoV lebih banyak terjadi pada mereka yang mempunyai sakit kronik sebelumnya seperti paru, jantung, hipertensi, Diabetes Melitus, maka sebelum berangkat ke Korea Selatan periksakan diri anda terlebih dahulu ke dokter di tanah air, cek keadaannya dan bawa obatnya.

Selama di Korea Selatan,  batasi kontak dengan mereka yang ada gangguan pernapasan, seperti Influenza Like Illness, dan batasi kunjungan ke Klinik atau RS yang menangani MERS CoV disana.

Jika selama di Korea Selatan (dan 14 hari sesudah kembali ke Indonesia) ada keluhan batuk pilek panas dan keluhan pernapasan lain, maka segera menghubungi petugas kesehatan dan sampaikan riwayat kunjungan ke Korea Selatan kepada petugas kesehatan.

Sementara itu WHO juga memberikan saran sebagai berikut :

Semua negara anggota diimbau meningkatkan surveilans , terhadap kasus Inspeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) dengan gejala yang tidak biasa.

Langkah-langkah pencegahan dan pengendalian infeksi sangat penting, untuk mencegah kemungkinan penyebaran Mers CoV di fasilitas pelayanan kesehatan. Karena gejala awal Mers-CoV tidak spesifik dan sulit untuk mengidentifikasi gejala tersebut diawal, maka petugas kesehatan harus selalu menerapkan SOP tindakan pencegahan untuk semua pasien, terlepas dari diagnosis mereka

Bagi penderita diabetes, gagal ginjal, penyakit paru-paru kronis, dan orang dengan sistem kekebalan tubuh yang dianggap berisiko tinggi terhadap infeksi Mers-CoV,  harus menghindari kontak dekat dengan hewan, terutama unta, ketika mengunjungi peternakan, pasar, atau daerah yang berpotensi tinggi menyebarkan virus. Mencuci tangan secara teratur sebelum dan setelah menyentuh hewan dan menghindari kontak dengan hewan yang sakit, harus dipatuhi. Orang harus menghindari kencing unta dan jangan minum susu mentah unta,  atau makan daging yang belum dimasak dengan benar.

WHO tidak menyarankan skrining khusus pada pintu masuk negara, dan tidak merekomendasikan penerapan pembatasan perjalanan atau perdagangan apapun.

Kemungkinan Pola Penularan baru di Korea Selatan

Berdasarkan analisa epidemiologis MERS CoV di Korsel, menurut Prof  dr Tjandra Yoga Aditama  kepala Balitbangkes yang juga sekaligus sebagai member WHO Emergency Committe on MERS CoV , yang dikutip dari webnya, bahwa  sudah ada kemungkinan pola penularan  baru MERS Co V di Korea Selatan demikian,   

Pola penularan baru Mers CoV di Korea Selatan, telah terjadi penularan sampai generasi ketiga. Yang dijelaskan demikian : Kasus pertama di Korsel tertular MERS Co V dari kunjungannya ke Timur Tengah, kemudian ada beberapa kasus yang kemudian tertular dari kasus pertama tadi atau disebut penularan langsung, mis keluarga yang langsung kontak/ merawat pasien , pasien penyakit lain yang ada bersama-sama dalam satu klinik dengan pasien pertama, Dokter dan petugas kesehatan yang langsung menangani pasien, sehingga tertular waktu kontak dengan pasien tersebut.

Di Korsel sudah ada kasus generasi ketiga yang jatuh sakit, tapi mereka tidak pernah bertemu dengan kasus pertama , artinya sudah terjadi penularan berkelanjutan terbatas, yaitu, generasi pertama menulari langsung  kasus disekitarnya (generasi kedua),  dan kasus generasi kedua menulari kasus lain lagi,  disebut generasi ketiga.

Data awal di korea Selatan menunjukkan lamanya kontak antara penular dan tertular berkisar antara 5 menit sampai beberapa jam.  

Penularan sampai generasi ketiga di Korsel,  terjadi dalam rumah sakit atau klinik artinya fasilitas kesehatan, dalam hal ini program pencegahan dan pengendalian infeksi di RS menjadi sangat penting.

Perkembangan di Korea Selatan,  sedang diamati ketat untuk menilai ada tidaknya pola penularan baru tersebut , kalau ada pola baru maka menjadi salah satu indikator sudaha ada  Public Health Emergency of International Conference (PHIEC) yang merupakan salah satu parameter terjadinya pandemi.(depkes.go.id, litbang.depkes.go.id)

Editor : Bayu Probo

Ikuti berita kami di Facebook


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home