Loading...
RELIGI
Penulis: Prasasta Widiadi 11:31 WIB | Minggu, 24 Januari 2016

Yahudi Penyintas Kamp Nazi Auschwitz: Pengampunan Menguatkan

Ilustrasi: Eva Mozes Kor. (Foto: theforgivenessproject.com).

SATUHARAPAN.COM – Perempuan asal Rumania yang selamat dari kekejaman tentara Jerman, Eva Mozes Kor (82 tahun) percaya bahwa pengampunan adalah sebuah momen yang menguatkan dan akan memberikan kebaikan.

“Saya percaya pengampunan adalah suatu hal yang sangat kuat. Ini gratis. Berhasil. Ini tidak memiliki efek samping. Dan ini adalah apa yang dibutuhkan dunia saat ini selain memberi hukuman,” kata Kor dalam tayangan televisi dokumenter, The Girl Who Forgive Nazi di Channel 4 dan diberitakan Daily Mail, hari Sabtu (23/1).

Kor pada April 2015 mengejutkan dunia ketika memeluk mantan perwira SS yang dikenal sebagai ‘Bookkeeper of Auschwitz’—alias pegawai pembukuan dari Auschwitz, Oskar Groening (94) di pengadilan.

Kor menjelaskan ia memaafkan Groening, namun Groening dijatuhi hukuman penjara karena memfasilitasi pembunuhan massal 3.000 orang.

Kor dan saudara kembarnya Miriam, baik orang Yahudi Hungaria, terpaksa menanggung eksperimen medis di kamp konsentrasi Auschwitz. Kor dan Miriam hanya sepasang dari lebih kurang 1.500 anak kembar yang disekap dalam ruang gas hanya untuk menuruti obsesi pemimpin Nazi, Jozef Mengele yang bereksperimen mengembangkan teknik genetika untuk mendapat ras Aria yang diimpikan Adolf Hitler.

Mengele menyekap lebih dari 1.500 pasangan kembar dalam percobaan, dan hanya sekitar 180-250 individu selamat. Orangtua Kor, dan dua saudara yang lebih tua digas sampai mati di kamp. Miriam meninggal pada tahun 1993.

Kor mengungkapkan kisah mengejutkan di kamp kematian. “Saya ingat saat itu ada Nazi datang berlari, kemudian berteriak pada kita dalam bahasa Jerman kembar, anak kembar!” kata Kor.

“Dia (pasukan Nazi, red) melihat saya karena Miriam dan saya selalu berpakaian sama. Ibu saya ditanya apakah benar anaknya kembar,” kata Kor. “Ibu balik bertanya, ‘Apa itu berarti kabar baik?’ Mereka menjawab, ‘Ya.’”

“Saat itu pasukan Nazi lain kemudian datang dan menarik ibu saya ke kanan sementara yang lain menarik saya dan kakak saya ke kiri,” kata dia.

“Dia menatap ibu saya yang mulai berteriak, dan saya ingat tangannya disekap tentara Nazi, saya bahkan tidak pernah mengucapkan selamat tinggal padanya,” kata dia.

Di kamp pengungsian, Kor menceritakan dia belum pernah melihat banyak jenazah anak-anak, dan dia sempat yakin akan meninggal dunia dengan cara yang tidak lazim.

Meskipun mengalami cobaan berat, Kor memaafkan penyiksa Nazi dan bahkan mengadopsi cucu komandan SS Rudolf Hoess—pengawas pembunuhan lebih dari satu juta orang di Auschwitz.

Dan di pengadilan di Jerman, dia mendekati Groening setelah memberikan bukti dan memeluknya dalam tindakan pengampunan yang luar biasa, Kor di pengadilan itu menyerukan penuntutan mantan perwira SS itu dibatalkan.

“Sampai saat itu, saya selalu bereaksi terhadap apa yang orang lain lakukan kepada saya dan dalam banyak hal saya bereaksi sebagai korban. Sekarang saya merasa tindakan itu adalah tindakan yang tidak didasari perasaan dan berdasar kekuasaan, dan melalui pengampunan membuat saya sadar bahwa kita dapat mengontrol perasaan kita,” kata dia.

Kor sekarang tinggal di AS, mengatakan dia ingin berterima kasih ke Groening. Dalam film dokumenter tersebut, Kor menyuruhnya Groening untuk melakukan hal yang sama ke sesama Nazi karena mengampuni adalah pekerjaan yang baik untuk menebus pekerjaan yang buruk. (dailymail.co.uk).

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home