Loading...
BUDAYA
Penulis: Francisca Christy Rosana 11:00 WIB | Sabtu, 06 Desember 2014

Dua Kultur Komedi Kritik Politikus Indonesia

Dua Kultur Komedi Kritik Politikus Indonesia
Seluruh crew berfoto seusai pentas ‘Mati Ketawa Cara Politikus Indonesia’ buah pikiran budayawan Butet Kartaradjasa dan sastrawan Agus Noor pada Jumat (5/12) malam di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, Cikini, Jakarta. (Foto-foto: Francisca Christy Rosana)
Dua Kultur Komedi Kritik Politikus Indonesia
Mongol Stress saat memerankan peran rakyat miskin.
Dua Kultur Komedi Kritik Politikus Indonesia
Sammy Notaslimboy saat memerankan kolega politisi.
Dua Kultur Komedi Kritik Politikus Indonesia
Susilo memerankan dokter RS Lali Jiwo.
Dua Kultur Komedi Kritik Politikus Indonesia
Marwoto memerankan seorang politikus yang sedang pura-pura sakit.

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Pertunjukan gabungan dua kultur komedi stand up dagelan bertajuk ‘Mati Ketawa Cara Politikus Indonesia’ buah pikiran budayawan Butet Kartaradjasa dan sastrawan Agus Noor telah dipentaskan dengan apik pada Jumat (5/12) malam di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, Cikini, Jakarta.

Pertunjukan ini merupakan ruang komedian untuk meyindir kiprah politikus Indonesia.

“Pertunjukan ini adalah salah satu respons dari situasi politik saat ini,” kata Butet kepada satuharapan.com seusai pertunjukan.

Stand up dagelan yang menggandeng empat komedian berjam terbang tinggi, seperti Sammy Notaslimboy, Susilo Nugroho, Marwoto Kawer, dan Mongol Stress berhasil menyedot perhatian ratusan penonton yang memadati ruang pertunjukan.

Dua Koridor Komedi

Stand up dagelan merupakan bentuk lain dari tradisi pertunjukan komedi di Indonesia yang menggabungkan dua koridor komedi sekaligus, yakni stand up comedy dan dagelan Mataraman.

“Ini format yang lain untuk menguji kemampuan personal satu-satu. Jadi memang mereka dari dua kultur yang berbeda, dua dari vesi stand up comedy, dua yang lain dari dagelan Mataraman. Kita coba pertemukan menjadi satu kesatuan dalam satu alur,” ujar Butet.

Stand up comedy, kata Butet, biasanya tidak peduli dengan set, musik, dan sebagainya. Akan tetapi, penggabungan dua kultur komedi ini diharapkan menjadi satu bentuk pengenalan.

“Saling bereksperimentasi,” ujar dia.

Dalam pertunjukan ini, masing-masing tampil tunggal, tetapi keempatnya membawakan peran yang saling berkaitan dan membuat satu alur cerita.

Agus Noor mengatakan ini sebuah tantangan bagi para komedian tersebut.

Komika yang terbiasa bermain dalam satu alur cerita mendapat pengalaman memainkan satu peran, sementara komedian dagelan yang terbiasa membawakan peran dan cerita ditantang untuk tampil tunggal.

“Semoga mereka bisa saling belajar dan memahami karena bagaimana mereka bertemu, bepross, kemudian saling berbagi ide menjadi hal yang kami harapkan dalam proses ini,” ujar Agus Noor.

Agus Noor sebagai sutradara mengaku hanya memfasilitasi dan memberikan ruang para pemain untuk saing mengeksplorasi berbagai pikiran yang dapat dikembangkan dalam atihan.

“Para komedian yang seakan hidup dengan latar belakang berbeda itu, semoga bisa saling belajar dan berinteraksi, serta berbagi pengalaman dan kecerdasan dalam mengolah humor,” Agus Noor menambahkan.

Alur yang Menyindir Para Elite

Pentas ‘Mati Ketawa Cara Politikus Indonesia’ mengisahkan seorang politikus yang mendada sakit saat ia terjerat kasus korupsi. Rumah sakit baginya merupakan tempat terbaik untuk menyalamatkan diri. Politikus yang pura-pura sakit mendapat perlakuan istimewa dari petugas medis.

Kolega Marwoto yang diperankan oleh Sammy datang menjenguk sebagai bentuk dukungan tehadap rekannya yang sedang ‘apes’ tesebut. Di situ ia menyaksikan adanya ketidakadilan pihak rumah sakit memperlakukan  pasiennya. Politikus yang pura-pura sakit diperlakukan berlebihan, sedangkan rakyat biasa diperlakukan sekenanya.

Politikus diperankan oleh Marwoto, dokter diperankan oleh Susilo, kolega politikus diperankan oleh Sammy, dan rakyat biasa diperankan oleh Mongol.

Dalam cara pandang komedian yang dituangkan dalam pertunjukan ini, persoalan dan isu politik secara gamblang dibedah. Politik yang dipandang sebagai bahan dagelan yang lucu oleh Butet telah menjadi sumber inspirasi bagi komedian.

Berbagai hal memang telah disinggung, seperti buruknya penanganan rumah sakit negeri terhadap pasien pengguna kartu sehat dan pandainya para elite berkelit dalam sebuah skenario.

Pentas ini menjadi semacam kaleidoskop politik melalui pmentasan humor. Peristiwa-peristiwa politik tidak sekadar ditertawakan atau menjadi bahan lelucon, tetapi juga direfleksikan dan dilihat dengan lebih jernih melalui kaca mata humor.

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home