Loading...
INSPIRASI
Penulis: Yoel M Indrasmoro 01:49 WIB | Sabtu, 05 Juli 2014

Pikullah Kuk yang Kupasang!

Memasang kuk (foto: istimewa)

”Pikullah kuk yang Kupasang…. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Ku pun ringan” (Mat. 11:29-30). Demikianlah panggilan Yesus kepada para murid-Nya.

Yesus memberikan kuk kepada para pengikut-Nya. Kuk biasanya ditaruh di atas pundak sapi agar mampu bekerja sesuai perintah tuannya. Dan kuk yang baik ialah kuk yang tidak mencekik leher sapi. Tetapi, kuk yang membuat sapi dapat bekerja tanpa rasa sakit.

Kuk merupakan kiasan untuk perintah Yesus. Perintah Yesus menyenangkan karena demi kehidupan dan bukan kematian manusia. Dan perintah-Nya cuma dua: mengasihi Allah dan mengasihi manusia. Mungkin kita bertanya: ”Apa mudahnya perintah macam begini? Bukankah ini juga beban yang berat?”

De Heer menyatakan semuanya itu bergantung pada hati kita. Jika kita yakin bahwa perintah Yesus itu merupakan hal indah dan berguna bagi manusia, pastilah kita akan melakukannya dengan hati senang. Dan kasih menjadikan setiap beban ringan.

Sekadar contoh: suami-istri yang yang punya anak batita (bawah tiga tahun) setiap malam pasti terbangun karena tangisan anaknya. Marahkah mereka? Pasti tidak! Mengapa? Karena mereka mengasihi anak tersebut. Kasihlah yang menolong mereka tetap sabar. Bahkan, bisa jadi mereka berdua akan stres kalau semalam-malaman bayi mereka tak bangun-bangun—jangan-jangan malah sakit.

Sekali lagi, kuk itu akan menolong kita menaati Yesus. Kenyataannya, hidup kadang mendorong kita untuk bergerak sekehendak diri sendiri. Kuklah yang akan memastikan kita hidup seturut kehendak Yesus. Hidup seturut dengan standar Kristus. Dan itu merupakan keniscayaan karena kristen secara harfiah berarti mengikuti Kristus.

Nah, pertanyaannya: ”Masihkah Kristenkah kita?” Jika ya, hiduplah menurut standar Kristus. Pikullah kuk-Nya!

 

Editor: ymindrasmoro

Email: inspirasi@satuharapan.com


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home