Loading...
INSPIRASI
Penulis: Rani Nainggolan 01:00 WIB | Senin, 18 Mei 2015

Psikotes: Perlukah Dipelajari?

Perusahaan berharap dapat merekrut calon karyawan yang sesuai dengan visi dan misi perusahaan.
Foto: istimewa

SATU HARAPAN.COM – Saat ini psikotes bukan lagi barang baru. Bahkan untuk sebagian orang, mungkin sudah berulang kali mengikutinya. Umumnya, psikotes dilakukan untuk menempatkan orang pada posisi yang tepat di dunia pekerjaan. Akan tetapi, psikotes juga bisa dilakukan di dunia pendidikan dan klinis. Dunia pendidikan untuk mengetahui bakat dan penentuan karier, sementara di dunia klinis, psikotes dilakukan untuk mengetahui gangguan kejiwaan yang mungkin bisa membahayakan diri sendiri atau orang sekitar.

Psikotes bisa disimpulkan menjadi satu-satunya alat ukur di dunia ini yang jawabannya ada pada diri sendiri. Tidak ada jawaban benar dan salah, tidak perlu berlatih untuk menyelesaikan soal-soal tersebut. Sangat berbeda dengan alat ukur  lainnya: alat ukur kemampuan Bahasa Inggris atau alat ukur pengetahuan untuk memasuki tingkatan pendidikan yang lebih tinggi, misalnya Ujian Nasional atau Ujian Tes masuk Universitas.

Oleh karena itu, sungguh hanya menghabiskan waktu jika kita mempelajari psikotes sebelum menjalaninya. Apalagi ketika akan mengikuti proses seleksi pekerjaan. Mengapa?

  1. Perusahaan memasukkan psikotes menjadi salah satu tahapan seleksi perekrutan karyawan dengan tujuan mendapatkan karyawan yang diharapkan memiliki visi dan misi yang sama dengan perusahaan tersebut. Dengan kata lain, standar analisisnya adalah visi dan misi perusahaan. Jadi, apabila ingin lolos untuk mendapatkan pekerjaan, pelajarilah misi dan visi dari perusahaan yang sedang dilamar, bukan mempelajari alat ukur psikotes.
  2. Psikotes adalah alat ukur yang akan memaparkan keadaan emosi, karakter, dan IQ yang bersangkutan. Karena itu, sangat penting membuat suasana hati dan pikiran dalam keadaan rileks dan bahagia, minimal sehari sebelum mengikuti psikotes hingga psikotes selesai diadakan. Logikanya, ketika suasana hati bahagia, maka aura yang akan muncul-muncul adalah aura-aura positif. Pada umumnya perusahaan ingin calon karyawan yang memiliki aura positif.
  3. Jika ingin mendapatkan hasil psikotes yang baik, belajarlah untuk meminimalkan segala karakter negatif yang ada pada diri sendiri. Untuk mengetahuinya, kita bisa melakukannya dengan sesering mungkin berinteraksi dengan diri sendiri. Berbicara dengan diri sendiri bisa dilakukan beberapa saat sebelum tidur malam.

Mencari pekerjaan memang tidak mudah. Selain karena kemampuan teknis yang belum mencapai standar perusahaan, hal penting lainnya adalah kondisi EQ para pelamar.  Oleh karena itu, mari belajar bersama-sama untuk mempersiapkan karakter, emosi dan IQ yang oke sehingga layak untuk diperkerjakan! Bukan berarti kemampuan teknis tidak penting, akan tetapi kemampuan teknis bisa dipelajari dalam waktu yang relatif singkat, berbeda dengan emosi, karakter dan IQ.

Jadi, daripada membuang waktu untuk mempelajari alat ukur psikotes, lebih baik waktu yang ada itu digunakan untuk meningkatkan karakter, IQ, dan emosi yang sehat.

 

Editor: ymindrasmoro

Email: inspirasi@satuharapan.com


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home