Loading...
BUDAYA
Penulis: Sotyati 11:01 WIB | Jumat, 21 Oktober 2016

“Salam Neighbor”, Film Dokumenter Pengungsi Suriah

“Salam Neighbor”, Film Dokumenter Pengungsi Suriah
Film dokumenter Salam Neighbor, memotret kehidupan pengungsi Suriah di kamp Zaatari di Yordania. (Foto: livingonone.org)
“Salam Neighbor”, Film Dokumenter Pengungsi Suriah
Chris Temple (kanan), tinggal satu bulan di kamp pengungsi Suriah di Yordania untuk pembuatan film dokumenter Salam Neighbor. (Foto: takepart.com)
“Salam Neighbor”, Film Dokumenter Pengungsi Suriah
Pembuat film dokumenter Chris Temple dan Zach Ingrasci (dua dan tiga dari kiri), bersama pengungsi Suriah di kamp pengungsi Zaatari di Yordania. (Foto: cinemawithoutborders.com)

SATUHARAPAN.COM - Pembuat film dokumenter Amerika Serikat Chris Temple dan Zach Ingrasci mengeksplorasi kehidupan sehari-hari pengungsi dan menghapus mitos-mitos mengenai mereka.

Selama satu bulan Temple dan Ingrasci, bersama tim, tinggal bersama lebih kurang 85.000 pengungsi Suriah di di kamp pengungsi Za'atari di Yordania. Dari tenda di tengah kamp, kedua warga Amerika itu ingin mengalami secara langsung bagaimana hidup dalam diaspora tersebut, dengan tujuan untuk mengkomunikasikan interaksi mereka sehari-hari dengan seluruh dunia. Hasilnya, sebuah film dokumenter berjudul Salam Neighbor.

Saat makan bersama para "tetangga", salah seorang pengungsi mengeluhkan "adanya persepsi di seluruh dunia bahwa orang Arab dan Muslim adalah teroris".

Temple mengatakan kepada VOA, salah satu alasan ia ingin membuat film dokumenter tersebut adalah untuk menghapus stereotip negatif dan mengkonfrontasi prasangka Barat terhadap pengungsi.

"Populasi yang mendapat tekanan dan ketakutan terbesar atas serangan teroris adalah pengungsi, populasi Arab, dan populasi Muslim di wilayah ini," ujarnya, seperti dikutip voaindonesia.com.

"Ini bukan serangan Muslim melawan Kristen. Bayangkan keluarga di Suriah sekarang. Terjebak antara (rezim Presiden Suriah Bashar al-) Assad dan kelompok seperti ISIS," ia menambahkan.

Film tersebut, yang terjemahannya berarti "Halo, Tetangga", memperlihatkan pengungsi di Za'atari sebagian besar adalah kelas menengah. Salah satunya, Raouf, 11, yang menderita kelainan stres pasca-trauma akibat pengeboman di dekat rumahnya.

Raouf hingga kini menolak keluar dari tenda. Ia tidak mau pergi ke sekolah di kamp, karena meskipun Za'atari dianggap zona aman, berjarak 11 kilometer dari medan perang, pengeboman masih mengguncang kamp.

"Apa salah Raouf?" tanya Temple, dengan menekankan bahwa 75 persen dari 4,8 juta pengungsi Suriah adalah perempuan dan anak-anak.

Dalam salah satu adegan, Temple bertanya pada Ghassem, warga kamp, "Sebagai orang Arab, apa arti pengungsi dunia untukmu?" Ghassem menjawab, "Seseorang yang dipaksa meninggalkan negara dan rumahnya. Ia tidak punya uang. Yang ia miliki hanya pakaian di punggungnya dan keluarganya."

Temple mengatakan ia berharap film dokumenternya akan membuka hati dan pikiran mengenai jutaan pengungsi Suriah yang terdampar di negara-negara seperti Turki, Lebanon, dan Yordania.

Selain Zach Ingrasci dan Chris Temple, bertindak sebagai produser dalam Salam Neighbor adalah Mohab Khattab dan Salam Darwaza. Ilustrasi musik digarap oleh WG Snuffy Walden dan A Patrick Rose. Sementara sinematografi dikerjakan oleh Sean Kusanagi, dan penyuntingan oleh Mohammed el Manasterly dan Jennifer Tiexiera.

Mengutip dari Wikipedia, Salam Neighbor berhasil meraih 2016 Media Award Honoring Voices of Courage & Conscience kategori film dokumenter untuk features dari The US Muslim Public Affairs Council (MPAC). Salam Neighbor juga tercatat jadi finalis 2016 SIMA Awards untuk kategori dokumenter features. 

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home