Loading...
FOTO
Penulis: Yan Chrisna Dwi Atmaja 13:26 WIB | Rabu, 09 Maret 2016

Wapres Saksikan Gerhana Matahari di Sigi

Wapres Saksikan Gerhana Matahari di Sigi
Pemandangan Gerhana Matahari di kawasan Benhil, Jakarta, Rabu (9/3). Gerhana Matahari terlihat sekitar 88 persen di ibukota Jakarta, dan berlangsung selama lima menit. (Foto-foto: Antara)
Wapres Saksikan Gerhana Matahari di Sigi
Gerhana Matahari Parsial yang diabadikan dari Candi Borobudur, Magelang, Jateng, Rabu (9/3).
Wapres Saksikan Gerhana Matahari di Sigi
Sejumlah warga menyaksikan fenomena gerhana matahari dengan menggunakan kacamata dan teleskop di Medan, Sumatera Utara, Rabu (9/3). Proses gerhana matahari di Medan terjadi hanya 70 persen dan terlihat sebagian yang dimulai dari 06.30 hingga berakhir 08.45.
Wapres Saksikan Gerhana Matahari di Sigi
Antusias sejumlah warga menyaksikan proses Gerhana Matahari Total (GMT) melalui ember berisikan air di salah satu komplek ibu kota Provinsi Papua, Kamis (9/3). GMT di Papua terjdi pukul 08.53 WIT pada waktu kontak pertama bulan menyentuh matahari hingga pukul 11.48 WIT dan puncak kegelapan hingga 78 persen terjadi tepat pada pukul 10.17 WIT, dengan durasi waktu terlama di seluruh Indonesia, yakni 2 jam 55 menit.
Wapres Saksikan Gerhana Matahari di Sigi
Gerhana matahari sebagian terlihat dari Klenteng Sanggar Agung di Kenjeran, Surabaya, Jawa Timur, Rabu (9/3). Gerhana matahari sebagian yang terlihat di Surabaya tersebut berlangsung selama 2 jam 18 menit 17 detik mulai pukul 06:21:20 hingga 08:39:37, dengan lebar gerhana sekitar 86,04 persen.
Wapres Saksikan Gerhana Matahari di Sigi
Fenomena gerhana matahari total tampak dari Ternate, Maluku Utara, Rabu (9/3).
Wapres Saksikan Gerhana Matahari di Sigi
Peserta menggunakan baju kreasi Parimo ketika mengikuti karnaval budaya Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) di Lokasi Sail Tomini, Parigi Moutong, Sulawesi Tengah, Selasa (8/3). Karnaval tersebut diikuti berbagai daerah di Sulteng dan nantinya turut serta dalam MTQ yang bertepatan gerhana matahari total pada 9 Maret.
Wapres Saksikan Gerhana Matahari di Sigi
Umat Islam melaksanakan ibadah salat Khusuf atau salat gerhana di Masjid Istiqlal, Jakarta, Rabu (9/3). Salat gerhana dilaksanakan sebagai ungkapan rasa syukur atas kebesaran dan keagungan Allah SWT.

PALU, SATUHARAPAN.COM - Wakil Presiden RI Jusuf Kalla setelah menyaksikan Gerhana Matahari Total (GMT) di Lapangan Sepakbola Kotapulu, Dolo, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, berkisah tentang sikapnya saat gerhana matahari tempo dulu.

"Dulu waktu gerhana saya sembunyi dalam rumah. Tahun 1983 waktu itu, saya jaga anak saya. Jangan sampai keluar rumah," kata Jusuf Kalla disambut tawa oleh sejumlah wartawan dan pejabat yang hadir di panggung utama pemantauan GMT di Kotapulu, hari Rabu (9/3) pagi.

Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika memilih Kotapulu sebagai tempat pemantauan GMT karena di titik tersebut merupakan titik terlama GMT di Sulawesi Tengah yakni 2 menit 22 detik.

Selain Wakil Presiden juga hadir sejumlah Menteri Kabinet yakni Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono, Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Yudi Krisnandi, Menkominfo Rudiantara, Ketua Komisi V DPR RI Muhidin Said dan pengusaha nasional Sofyan Wanandi.

Hadir pula sejumlah peneliti dan astronot dari berbagai negara menyaksikan langsung fenomena alam yang langkah tersebut.

Jusuf Kalla mengatakan pengetahuan orang dulu dengan sekarang sangat jauh berbeda sehingga fenomena alam yang begitu indah tidak dinikmati.

Waktu itu kata Jusuf Kalla dirinya berjalan di dalam rumah sambil merunuk, takut melihat ke atas karena kuatir terkena dampak cahaya gerhana matahari.

Keterbelakangan informasi dan pengetahuan ketika itu kata Jusuf Kalla, diperburuk dengan kondisi negara yang cenderung otoriter sehingga apa yang disampaikan oleh pejabat negara, itu pula yang ditaati masyarakat.

Menurut Jusuf Kalla, adanya informasi negatif terhadap peristiwa gerhana matahari pada tempo dulu karena akibat belum baiknya pengetahuan masyarakat.

"Padahal di negara lain tidak seperti itu," katanya.

Saat ini kata dia, pengetahuan telah berkembag pesat sehingga peristiwa gerhana matahari sudah dapat diprediksi dengan tepat termasuk titik koordinat pemantauan.

Jusuf Kalla mengatakan gerhana matahari bukanlah sesuatu yang ditakuti dan dikuatirkan.

"Ini bukan peristiwa aneh dan mitos. Bukan hal yang perlu ditakutkan," katanya. (Ant)

 


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home