Loading...
SAINS
Penulis: Sabar Subekti 06:20 WIB | Rabu, 05 Juni 2013

1,3 Miliar Ton Makanan Berakhir di Tempat Sampah

1,3 Miliar Ton Makanan Berakhir di Tempat Sampah
Masih banyak orang yang membutuhkan makanan, tapi begitu banyak makanan terbuang ke tempat sampah.
1,3 Miliar Ton Makanan Berakhir di Tempat Sampah
Think, Eat. Save. Reduce Your Foodprint. (Foto: dari UNEP)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Setiap hari kita mengkonsumsi makanan yang berasal dari pertanian, perikanan dan peternakan. Namun tahukah kita bahwa kebiasaan manusia di muka bumi ini telah menghasilkan sampah dan pemborosan yang luar biasa?

Program Lingkungan Hidup PBB (United Nation Environment Programme / UNEP) mencatat bahwa setiap tahun sedikitnya 1,3 miliar ton produk makanan berakhir di tempat sampah. Produk ini bernilai sekitar US$ 1 triliun atau sekitar Rp 9.500 triliun.

Angka itu sepadan dengan enam kali Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Indonesia selama enam tahun. Dan UNEP memperkirakan kehilangan itu bisa untuk memberi makan beberapa kali bagi 870 jiwa penduduk dunia yang kelaparan.

Masalah makanan telah menjadi perhatian yang serius. Pada hari lingkungan Hidup yang jatuh hari ini, 5 Juni, UNEP bersama Food and Agriculture Organization (FAO) mengusung kampanye bertajuk  Think. Eat. Save. Reduce Your Foodprint.

Kampanye ini mengingkatkan agar setiap kali kita makan kita memikirkan bagaimana, dan dari mana makanan kita diproduksi, termasuk konsekuensinya. Sebab, hutan terus dibabad untuk menyediakan lahan bagi pertanian. Di laut overfishing terus terjadi.

Kita juga dodorong untuk mempertimbangkan makanan yang sehat dalam produksi dan pengolahannya. Serta mengingat bahwa setiap makanan yang masuk ke piring kita meninggalkan jejak carbon, karena energi yang dikonsumsi untuk produksi, pengiriman dan pengolahan.

Untuk mengatasi hal tersebut, ada cara-cara sederhana yang bisa dilakukan oleh individu, dan setiap orang bisa melakukan perubahan. Jika hal itu menjadi sikap bagi banyak orang, maka akan terjadi perubahan yang signifikan.

Maka disarankan untuk (1) menghargai setiap bahan kakanan, karena banyak orang yang masih hidup dalam situasi kelaparan, (2) memilih makanan lokal, bukan makanan impor yang pengirimannya memakan banyak energi dan biaya. Cara ini akan memberdayakan saudara petani di sekitar kita, (3) mengonsumsi produk yang segar, karena pengolahan dan pengemasan membutuhkan energi, bahkan sering menggunakan bahan pengawet.

Pada Hari lIngkungan Hidup ini kita diajak untuk membangun budaya dan gaya hidup yang menghargai lingkungan dengan mengingat Think. Eat.Save. Reduce Your Foodfrint.

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home