Loading...
BUDAYA
Penulis: Diah Anggraeni Retnaningrum 10:44 WIB | Selasa, 29 Maret 2016

Bonar Gultom, Maestro Musik Gereja Tutup Usia

Ilustrasi Maestro Musik Gerejawi Bonar Gultom. (Foto: Istimewa)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Berita duka datang dari maestro musik gereja Bonar Gultom yang  menutup cerita hidupnya di usia 81 tahun di Rumah Sakit Premier Jatinegara, hari Senin (28/3) pukul 22.56 WIB.

“Telah dipanggil Bapa di surga Bapak Bonar Gultom di RS Premier Jatinegara tanggal 28 Maret 2016 pukul 22.56. Jenazah kini disemayamkan di Rumah Duka Dharmai Ruang Garnet Slipi Jakarta Barat,” kata Wakil Sekretaris Yayasan Musik Gereja Pendeta Weinata Sairin melalui pesan singkat yang diterima oleh satuharapan.com di Jakarta, hari Selasa (29/3).

Pria berdarah Batak ini lahir di Siborongborong, Tapanuli Utara, Sumatera Utara pada tanggal 30 Juni 1934. Di kalangan aktivis paduan suara tanah air baik di gerejawi maupun sekuler, nama Bonar Gultom atau Gorga sudah tak asing lagi. Padahal, Gorga adalah seorang sarjana ekonomi dari Universitas Indonesia bukan dari fakultas seni.

Musik memang sudah menjadi bagian hidupnya sejak kecil. Bahkan, ayah dari enam orang anak ini mengaku belajar musik secara otodidak. Selain itu, dia juga belajar dari buku-buku, mengikuti seminar, ikut kursus atau meminta masukan dari musikus senior.

Selain menciptakan dan menyusun partitur untuk lagu-lagu gerejawi, Gorga juga menerjemahkan lagu-lagu gerejawi asing ke bahasa Indonesia dan Batak sekaligus membuat aransemen paduan suaranya. Di antaranya adalah O Holy Night karya Adolphe Adams, You Raise Me up karya Rolf Lovland yang dipopulerkan oleh Josh Groban, Sejauh Timur dari Barat karya Jonathan Prawira dan The Prayer karya Carol Sager dan David Foster.

Kemudian, lagu-lagu karya Gorga selanjutnya adalah pelengkap di Kidung Jemaat No 104, 110, 118, 155, 162, 179, 202 dan 285; buku Nyanyian Kidung Mazmur I no 10,28,40 dan 46.

Melalui karya musiknya, tak heran jika Gorga meraih banyak penghargaan. Di antaranya adalah pada tahun 1975 dia menerima penghargaan dari Pangeran Bernard dalam undangan khusus ke Istana Kerajaan Belanda Soesdijk, menerima penghargaan dari KNPI Sumatera Utara atas perannya dalam pengembangan generasi muda Sumatera Utara pada tahun 1980.

Kemudian, pada 1982 menerima penghargaan dari Pangkowilhan Sumatera Utara sebagai putra teladan, tahun 1998 menerima penghargaan dari Gubernur Sumatera Utara atas lagu ciptaanya “Marsipature Hutanabe”.

Selain itu, pada tahun 2003 suami dari Leila Ester Sitompul ini juga menerima penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (MURI) atas prestasinya yang dicapainya saat menyutradarai pementasan Opera Arga Do Bona Ni Pinasa pada Pesta Rakyat Danau Toba di Kota Parapat. Opera ini melibatkan pemain terbanyak yaitu 232 orang yang merupakan warga setempat. (tokohbatak.wordpress.com)

 

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home