Loading...
EKONOMI
Penulis: Melki Pangaribuan 20:36 WIB | Jumat, 13 November 2015

Dolar Tertekan Akibat Saham Melemah Jelang Data Ritel AS

Ilustrasi. Kurs dolar Amerika Serikat berada di bawah tekanan jual lebih lanjut pada hari Jumat (13/11). (Foto: Antara)

TOKYO, SATUHARAPAN.COM - Kurs dolar Amerika Serikat berada di bawah tekanan jual lebih lanjut pada hari Jumat (13/11), karena investor berbalik hati-hati atas penurunan saham global menjelang laporan data penjualan ritel AS terbaru hari ini.

Prospek pengetatan bertahap kebijakan moneter AS jika dan ketika Federal Reserve AS mulai menaikkan suku bunganya telah membebani mata uang AS.

"The Fed mungkin mempertimbangkan bahwa tidak perlu memaksa pasar untuk meningkatkan berapa banyak mereka hargakan dalam kenaikan suku bunga Desember," kata Etsuko Yamashita, kepala ekonom di Sumitomo Mitsui Banking Corp di New York.

"The Fed mungkin akan menghindari melawan perkembangan tak menentu di pasar keuangan, karena masih ada satu bulan sebelum pertemuan kebijakan. Itu berarti akan menjadi sulit untuk dolar terus menguat selama beberapa minggu ke depan," katanya kepada Bloomberg News.

Greenback jatuh terhadap semua 10 mata uang negara maju kecuali terhadap krone Norwegia minggu ini, karena wakil ketua The Fed Stanley Fischer mengatakan pada Kamis keputusan The Fed untuk menunda menaikkan suku bunga telah membantu mengimbangi "headwinds" ekonomi yang disebabkan oleh penguatan dolar.

Kebijakan akan diperketat hanya secara bertahap setelah The Fed mulai menaikkan suku bunganya, Kepala Cabang The Fed New York William Dudley C. mengatakan sebelumnya.

Pada Jumat, namun demikian, penurunan pasar saham global mendorong pembelian yen di antara investor yang tertarik untuk menghindari risiko.

Sementara itu, euro, juga menghadapi pesanan jual setelah Presiden Bank Sentral Eropa (ECB) Mario Draghi mengisyaratkan kemungkinan perluasan program pembelian aset ECB.

Draghi mengatakan kepada Parlemen Eropa pada Kamis bahwa "tanda-tanda pembalikan arah berkelanjutan dalam inflasi inti telah agak melemah" dan "berkelanjutan normalisasi inflasi bisa memakan waktu lebih lama dari yang kita antisipasi pada Maret."

Dolar, yang telah diperdagangkan di tingkat 123 yen awal pekan ini, dibeli 122,61 yen di perdagangan sore Asia, hampir tidak berubah dari 122,60 yen di New York pada Kamis sore.

Euro dibeli 1,0791 dolar dan 132,31 yen, dari 1,0814 dolar dan 132,58 yen di New York.

Dolar masih menguat terhadap sebagian besar mata uang negara berkembang di Asia.

Rupiah Indonesia melemah 0,4 persen terhadap greenback, sementara peso Filipina dan baht Thailand juga turun tipis.

Ringgit Malaysia melemah 0,2 persen dan dolar Singapura menurun 0,1 persen, tetapi rupe India naik 0,3 persen. (AFP/Ant)

Editor : Eben E. Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home