Loading...
OLAHRAGA
Penulis: Prasasta Widiadi 11:10 WIB | Rabu, 13 Juli 2016

Eder Kenang Gaji Pertama untuk Bahagiakan Ibu

Ederzito Antonio Macedo Lopes atau yang biasa dipanggil rekan-rekannya Eder. (Foto: independent.co.uk).

LISBON, SATUHARAPAN.COM – Gelandang bertahan Portugal, Ederzito Antonio Macedo Lopes (Eder), menceritakan bahwa sepak bola bukan hal yang mudah, karena sepak bola adalah bagian dari kehidupan yang memiliki sisi kegembiraan sekaligus mengharukan.

Dalam wawancara yang dimuat di situs berita BBC, hari Selasa (12/7), dia menceritakan sempat menjalani kehidupan di salah satu negara jajahan Portugal di Benua Afrika, yakni Guinea Bissau.

Eder menggambarkan masa kecil di negara Afrika tersebut sebagai sisi kehidupan yang luar biasa.  

Karena masih balita saat menjalani kehidupan di Guinea Bissau, dia belum terlalu banyak berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. 

“Saya pindah ke Portugal ketika berusia dua tahun, jadi saya tidak ingat terlalu banyak tentang Guinea Bissau,” kata dia.

Dia hanya menceritakan kehidupan keluarganya di Lisbon jauh lebih baik daripada saat masih tinggal di Guinea Bissau.

Keluarga Eder pindah ke Portugal, karena ayahnya sudah lama bekerja di negara yang terletak di ujung barat daya benua Eropa tersebut.

Seiring perjalanan waktu, Eder menyebut kemampuan ekonomi keluarganya melemah sehingga orangtuanya tidak mampu merawatnya. “Saya tidak benar-benar tumbuh dengan keluarga saya,” kata dia.

Saat Eder berusia delapan tahun, dia pindah dari rumahnya di Lisbon ke sebuah panti asuhan di Coimbra, sebuah kota yang lebih kurang berjarak 204 kilometer dari Lisbon.

Eder sering mengalami kesulitan keuangan, meski di kota tersebut kecintaan kepada sepak bola tumbuh dan berkembang. “Saya selalu bermain sepak bola di jalanan dengan anak-anak lain atau teman sekolah saya,” dia mengenang.

Eder gagal mengingat-ingat kembali salah satu orang yang berjasa dalam hidupnya di Akademi Sepak Bola Coimbra (ADC). Akademi tersebut kemudian menyalurkan Eder ke sebuah klub sepak bola amatir  Portugal, FC Oliveira do Hospital.

Pada usia 18 tahun, Eder menandatangani kontrak pertamanya di Portugal dengan klub bernama Tourizense. Di klub tersebut dia menerima gaji sebesar 400 euro atau Rp 1.650.000 per bulan.  

“Saya benar-benar tidak percaya mendapatkan gaji. Karena hanya mengingat ibu, saya kirim uang itu untuk ibu,” kata Eder.

Seiring bertambahnya usia, kemampuan sepak bola Eder meningkat sehingga dia diminati klub sepak bola profesional Portugal, Sporting Braga.

Saat memperkuat Sporting Braga pada tahun 2012, dia sempat merasa sedih, karena tidak terlalu nyaman bermain di sepak bola Portugal. Pemain berusia 28 tahun tersebut mengaku membutuhkan pengalaman lain. Akhirnya pada Juni 2015, dia mendapatkan tantangan baru, dia terima di klub berikutnya, Swansea City, di Liga Primer Inggris.

Berlaga di kompetisi seperti Liga Primer Inggris sebenarnya membuat dia nyaman. Namun, karena pelatih Swansea City, Francesco Guidolin, tidak menyenangi Eder, pada Januari 2016, Guidolin menjual Eder ke klub Liga Prancis, Olympique Sports Club Lille.

Eder menambahkan kegagalan mencetak gol di Liga Primer Inggris bersama Swansea City terbalaskan dengan menghasilkan gol kemenangan bagi negaranya di Piala Eropa. (bbc.com)

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home