Loading...
RELIGI
Penulis: Prasasta Widiadi 14:34 WIB | Senin, 05 Desember 2016

Jaringan Air Ekumenis Merilis Pernyataan tentang Keadilan Air

Ilustrasi: Seorang anak di Kongo saat mengantre air di salah satu permukiman pengungsi. Lebih dari seperempat juta jiwa mengungsi karena kekerasan akibat konflik yang terjadi di Republik Demokratik Kongo. (Foto: unmultimedia.org).

LAGOS, SATUHARAPAN.COM – World Council of Churches (WCC) Ecumenical Water Network atau jaringan air ekumenis Dewan Gereja Dunia merilis pernyataan resmi tentang keadilan air berjudul “A Pilgrimage of Water Justice in Africa”.

Pernyataan tersebut, seperti diberitakan oikoumene.org, hari Jumat (2/12), muncul setelah Ecumenical Water Network WCC mengadakan pertemuan di Nigeria pada 27-29 November.  

Pernyataan yang berjudul “The Lagos Message” (Pesan dari Lagos) itu menyebut akses ke air bersih dan peningkatan akses ke sanitasi yang memadai merupakan tantangan utama di dunia.

"Akses ke air bersih dan sanitasi yang memadai masih menjadi tantangan utama di Afrika. Di tempat itu jutaan orang tidak memiliki akses ke air minum yang aman dan fasilitas sanitasi yang memadai," bunyi pernyataan itu.

"Ribuan anak-anak meninggal setiap hari akibat konsumsi air yang terkontaminasi dan fasilitas sanitasi yang buruk."

Pernyataan itu juga mencerminkan komitmen gereja terhadap air bersih dan sanitasi, serta perlunya pemimpin agama dan masyarakat untuk secara aktif terlibat dalam advokasi untuk hak manusia untuk air bersih dan sanitasi.

Di bagian akhir The Lagos Message terdapat sejumlah rekomendasi yang berkaitan dengan akses ke air bersih dan sanitasi. Rekomendasi pertama, yakni tokoh agama dan masyarakat harus terlibat aktif dalam mewujudkan dan memperjuangkan pelaksanaan hak manusia untuk air bersih dan sanitasi.

Rekomendasi kedua, gereja harus mendorong dan mampu berpartisipasi dalam “Universal Periodic Review” (UPR), atau peninjauan ulang universal secara periodik terhadap pemerintah negara mereka untuk menunjukkan adanya penyalahgunaan hak asasi manusia, misalnya Benin dan Ghana yang dijadwalkan akan melaksanakan UPR pada tahun 2018 dan Nigeria akan melaksanakan UPR pada tahun 2019.

Rekomendasi yang ketiga yakni gereja harus memasukkan pengetahuan tentang hak atas air bersih dan sanitasi dalam kurikulum sekolah dan kurikulum di seminari teologi, sejalan dengan model yang digunakan oleh Ecumenical Disability Advocates Network atau Jaringan Advokasi Ekumenis untuk Disabilitas.

Rekomendasi keempat, generasi muda harus bangkit dan menjadi aktor perubahan di masyarakat dalam rangka  menjaga masa depan mereka, sekaligus mengurangi dampak dari penyakit yang dapat dicegah di masyarakat. Rekomendasi ini dapat dilakukan orang-orang muda dengan mendorong anggota keluarga yang rentan dengan menyediakan fasilitas sanitasi secara subsidi atau gratis. Dalam rekomendasi ini generasi muda dapat berpartisipasi aktif dalam menegakkan kepatuhan rencana aksi masyarakat yang telah direncanakan.

Rekomendasi kelima, yakni gereja dan masyarakat harus waspada tentang tindakan korporasi berskala multinasional yang menyebar polusi, tanah dan air, karena polusi air menghambat realisasi pemenuhan hak atas air bersih yang aman.

Rekomendasi keenam, gereja harus fokus pada isu keadilan air selama periode Prapaskah, dan jika mungkin mengambil tindakan yang akan mempromosikan akses ke air bersih dan fasilitas sanitasi yang memadai. Gereja harus membuat rencana yang disengaja untuk menyertakan kegiatan di sekitar air dan sanitasi di kalender mereka seperti yang akan ditunjukkan program kampanye Prapaskah Dewan Gereja Dunia, “The Seven Weeks for Water in 2017”, atau tujuh minggu untuk air pada tahun 2017.

Rekomendasi ketujuh yakni kelompok Referensi Internasional pada Ziarah Keadilan dan Perdamaian harus terus fokus pada Ziarah Keadilan Air.  

Rekomendasi kedelapan, para pemimpin agama harus bekerja sama dengan para pemimpin tradisional. Dalam rekomendasi ini para pemimpin gereja harus menjangkau para pemimpin agama lain untuk terlibat dalam konsultasi antaragama, lokakarya atau seminar, untuk mempromosikan akses dan advokasi untuk meningkatkan akses air bersih dan sanitasi.

Rekomendasi kesembilan yakni gereja harus merencanakan untuk merayakan Hari Air Dunia selama masa Prapaskah pada 22 Maret 2017, dan Hari Toilet Dunia pada 19 November di tahun yang sama. (oikoumene.org)

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home