Loading...
DUNIA
Penulis: Reporter Satuharapan 11:35 WIB | Senin, 16 November 2015

Kerahkan 20 Bom, Prancis Gempur ISIS Pasca Teror Paris

Sebuah jet tempur Prancis lepas landas dari sebuah pangkalan di wilayah Teluk Persia sebagai bagian dari Operasi Chammal menargetkan ISIS (Foto: European Pressphoto Agency)

PARIS, SATUHARAPAN.COM – Prancis meluncurkan serangan udara terhadap kubu ISIS di Suriah pada hari Minggu (15/11), dini hari.

“Serangan udara tersebut membawa 20 bom untuk dua sasaran di Raqqa, Suriah utara. Bom ditargetkan untuk meledakkan pusat komando, tempat pembuatan dan penyimpanan senjata, pos perekrutan anggota, dan sebuah kamp pelatihan ISIS. 12 pesawat dari Yordania dan Uni Emirat Arab juga turut dalam kampanye serangan udara tersebut,” kata seorang pejabat pertahanan Prrancis.

Menteri Luar Negeri Prancis, Laurent Fabius, mengatakan bahwa keputusan untuk menyerang target di Raqqa dibuat pada hari Sabtu, satu hari setelah serangan yang dilancarkan ISIS sehingga menewaskan sedikitnya 129 orang dan lebih dari 300 orang terluka di Paris.

"Prancis selalu mengatakan bahwa pihaknya telah diancam dan diserang oleh Daesh. Keadaan akan kembali normal apabila Prancis bereaksi dalam rangka membela diri. Itulah yang kami lakukan hari ini dengan serangan di Raqqa," kata Mr Fabius, menggunakan istilah lain untuk ISIS.

Bagi Prancis, serangan itu merupakan eskalasi besar dalam kampanye serangan udara. Namun, sementara ini masih melibatkan jauh lebih sedikit pesawat dibandingkan dengan serangan udara oleh AS di Suriah tahun lalu.

Para pejabat menyatakan, serangan pada hari Minggu menyusul keputusan AS untuk memperluas kerja sama intelijen dengan Prancis dalam mendukung pembalasan kepada militan ISIS di Suriah dan Irak.

Pada hari minggu, AS bekerja sama dengan Prancis dalam serangkaian penargetan serangan udara terhadap ISIS oleh pesawat tempur Prancis. AS juga berencana mengubah batasan yang menghambat akses kerja sama intelijennya dengan Prancis dalam mengintensifkan kampanye serangan udara.

“Perubahan batasan itu menjadikan Prancis sebagai tangan kanan serta mitra kerja sama intelijen Amerika dalam mengembangkan target di masa depan terhadap ISIS,” kata pejabat itu.

Pejabat pertahanan Prancis tersebut mengatakan bahwa Menteri Pertahanan AS, Ashton Carter, telah menganjurkan pengurangan batasan sebagai jalan pembuka kerja sama intelijen AS dengan Prancis.

Pada pertemuan kedua Carter dan Menteri Pertahanan Perancis, Jean-Yves Le Drian, sejak serangan di Paris Jumat malam, Sekretaris Pers Pentagon, Peter Cook, mengatakan mereka sepakat langkah kerja sama militer AS dan Prancis harus berkelanjutan dan diperkuat dalam mengintensifkan serangan terhadap ISIS.

Dalam pernyataannya, Cook tidak menguraikan apa yang menjadi "langkah konkret" yang diperlukan.

Perancis tidak menjadi bagian dari apa yang disebut dengan aliansi intelijen Five Eyes yang terdiri dari Australia, Kanada, Selandia Baru, Inggris, dan Amerika Serikat. Lima negara itu telah berkomitmen untuk berbagi informasi yang mereka kumpulkan, termasuk tentang ISIS.

Di masa lalu, para pejabat Prancis telah meminta kepada Amerika dan Inggris agar Perancis dapat bergabung dengan aliansi intelijen Five Eyes. Baru-baru ini, pejabat Perancis telah meminta kepada AS di dalam kerja sama intelijen untuk berbagi ilmu hasil dari aliansi Five Eyes, terutama di bidang kontraterorisme. (wsj.com/feb)

Editor : Eben E. Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home