Loading...
INDONESIA
Penulis: Yan Chrisna Dwi Atmaja 14:44 WIB | Rabu, 05 Maret 2014

Megawati Check Sound Jokowi Calon Presiden

Joko Widodo (kiri) bersama Ketua KPK (tengah) dan Wakil Gubernur DKI di Balai Kota pada acara penandatanganan komitmen pengendalian gratifikasi di lingkungan Pemprov DKI pada Selasa (4/3). (Foto: Kartika Virgianti)

SURABAYA, SATUHARAPAN.COM - Pengamat komunikasi politik asal Universitas Airlangga Surabaya Suko Widodo menilai saat ini Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri sedang melakukan "check sound" terhadap Joko Widodo (Jokowi) di berbagai daerah sebagai calon presiden.

"Bu Mega sedang mengetes dan melihat potensi suara masyarakat terhadap Jokowi. Apalagi santer berkembang bahwa PDIP akan mencalonkan Jokowi sebagai calon presiden," ujarnya ketika dikonfirmasi wartawan di Surabaya, Rabu (5/3).

Berkembangnya kabar Jokowi dicalonkan sebagai presiden ditunjukkan dengan banyaknya baliho yang dipasang di sejumlah titik, khususnya di Surabaya. Baliho-baliho itu bertuliskan "Coblos Moncong Putih antar Jokowi Presiden".

Bahkan akhir pekan, Megawati membawa langsung Jokowi ke Surabaya untuk bertemu dengan walikota Tri Rismaharini. Mereka juga menemui masyarakat secara langsung di Taman Bungkul dan menyempatkan makan di warung pedagang kaki lima di tempat itu.

"Kenapa Jokowi yang dibawa ke Surabaya? Padahal dia seorang kepala daerah. Ini yang menjadi perhatian dan sinyal mengarah ke sana semakin kuat," katanya.

Menurut Suko Widodo, apa yang dilakukan Megawati merupakan sinyal-sinyal bahwa dalam Pemilihan Presiden pada Juli 2014 akan menyodorkan kadernya sendiri. Apalagi, lanjut dia, PDIP dikenal sebagai partai yang memiliki ideologis kuat.

"Mayoritas di pilkada berbagai daerah, PDIP selalu memunculkan kadernya sendiri, meski peluang berkoalisi dengan partai lain tetap ada. Ini merupakan ciri khas PDIP yang memang kuat dan percaya terhadap kadernya," kata dosen Fakultas Ilmu Sosial Politik tersebut.

Ia juga menilai Megawati mulai berfikir dua kali untuk memaksakan tetap maju sebagai calon presiden periode 2014-2019. Tingginya tingkat popularitas dan elektabilitas Jokowi, kata dia, akan dimaksimalkan untuk mendongkrak suara partai.

Karena itulah tidak heran jika nama Jokowi yang belum genap dua tahun memimpin DKI Jakarta tersebut ditetapkan sebagai juru kampanye nasional (jurkamnas) pada Pemilihan Umum Legislatif 2014 dan akan berkeliling Indonesia memenangkan partainya.

"Jurkamnas akan semakin memperkenalkan siapa sosok Jokowi ke masyarakat se-Tanah Air. Tentu saja hal ini semakin menguatkan sinyal bahwa Jokowi memang digadang-gadang menjadi calon pemimpin bangsa ini," kata dia.

Tentang wacana diduetkan dengan Tri Rismaharini, Suko Widodo menilai itu bukanlah sebuah hal yang tidak mungkin. Apalagi, saat ini tingkat kepercayaan masyarakat terhadap kepala daerah sangat kuat dan PDIP tentu saja akan memanfaatkan kekuatan kadernya di daerah.

"Beruntung PDIP memiliki Jokowi dan Risma. Keduanya kepala daerah yang saat ini sedang populer dan menyita perhatian publik Tanah Air. Kalau keduanya diduetkan sebagai pasangan calon presiden dan wakilnya, tentu akan menjadi kekuatan tersendiri dan sedikit merubah peta politik selama ini," katanya.

Hanya saja, jika berniat menduetkan kadernya sebagai pasangan calon presiden maka PDIP minimal harus memenangkan Pemilu Legislatif dan meraih suara paling sedikit 20 persen. (Ant)


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home