Loading...
OLAHRAGA
Penulis: Prasasta Widiadi 09:40 WIB | Minggu, 13 September 2015

Mendaftarkan Anak Jadi Atlet Ibarat Investasi Orangtua untuk Masa Depan

Mendaftarkan Anak Jadi Atlet Ibarat Investasi Orangtua untuk Masa Depan
Ilustrasi: Para pemenang Ganda Putri usia Remaja Kejuaraan Bulu Tangkis Astec Open 2015 berpose di podium juara, hari Sabtu (12/9) di Gelanggang Olahraga Bulu Tangkis Senayan, Jl. Asia Afrika, Jakarta. (Foto: Prasata Widiadi).
Mendaftarkan Anak Jadi Atlet Ibarat Investasi Orangtua untuk Masa Depan
Susi Susanti berpose bersama para penggemar fanatik di final Kejuaraan Bulu Tangkis Astec Open 2015

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Pebulu tangkis putri legendaris Indonesia, Susi Susanti mengibaratkan seorang anak yang dititipkan di klub olahraga atau bulu tangkis, seperti yang dia tekuni saat ini sama artinya dengan sebuah investasi bagi masa depan anak.

“Karena saat kita (seorang atlet, red) berlatih itu kan artinya orang tua investasi banyak uang buat kita, misalkan anak itu masuk pelatnas (cabang olahraga tertentu, red) kan artinya itu investasi banyak uang berapa puluhan juta dan mungkin ratusan juta, ya itu kalau jadi, kalau nggak gimana?” kata Susi  kepada para pewarta di sela-sela final Kejuaraan Bulu Tangkis Astec Open 2015, hari Sabtu (12/9), di Gelanggang Olahraga Bulu Tangkis Senayan, Jl. Asia Afrika, Jakarta.

Susi menyebut pengorbanan secara materi tersebut penting untuk dicermati dengan baik oleh pemerintah, karena atlet yang mengharumkan nama bangsa tidak hanya dari bulu tangkis tetapi juga dari banyak cabang olahraga.

“Di dunia,  yang   namanya juara  itu kan cuma satu, tetapi (atlet, red) yang mengharumkan nama bangsa itu banyak, lho. Baik mereka yang baru kali pertama terjun di kejuaraan dunia atau yang lainnya, atau mungkin pertama kali di Olimpiade mungkin,” dia menambahkan.

Susi menganggap penting perhatian pemerintah sebab seorang atlet dari seluruh cabang olahraga yang hidup di era keterbatasan ekonomi saat ini tidak dapat lagi hanya dinilai dengan selembar sertifikat atau medali.

“karena kalau saya merefleksikan diri mereka pernah bilang ke saya, kalau sekarang kau  juara All england, juara olimpiade, juara lainnya sea games, asian games, dan lainnya tetapi dari pemerintah dapat apa? Kok cuma dapat tanda jasa, ya selembar kertas (piagam peraih medali emas olimpiade),” kata dia.

“Nah sekarang kalau kita bandingin sama Malaysia, misalnya seorang Chong Wei (pebulu tangkis tunggal putra Malaysia, Lee Chong Wei, red) mereka dapat pensiun dapat tunjangan hari tua juga. Tapi sekarang kalau nyatanya kita minim tunjangan,” dia menambahkan.

Susi berharap tidak hanya dari pemerintah, tetapi kesadaran orang tua yang ingin memasukkan seorang anak dalam dunia olahraga secara serius di Indonesia harus benar-benar berpikir ulang.

“Coba sekarang kita lihat yang di bulu tangkis ini, yang kita lihat kalau perhatian pemerintah kan mulai saat cabang olahraga mau terjun ke SEA Games, Asian Games atau Olimpiade. Nah, tapi turnamen sehari-hari kan lebih banyak swasta yang bergerak, selain saya sama pak Alan (pebulu tangkis putra senior, Alan Budikusuma), red, kan ada juga pak Chandra (pebulu tangkis putra senior Chandra Wijaya, red), pak Taufik (pebulu tangkis putra senior, Taufik Hidayat, red), atau turnamen Djarum,” dia mengakhiri penjelasannya.

 

Ikuti berita kami di Facebook

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home