Loading...
SAINS
Penulis: Yan Chrisna Dwi Atmaja 19:27 WIB | Minggu, 01 November 2015

Modifikasi Cuaca BPPT Berhasil Turunkan Hujan

Ilustrasi. Prajurit TNI, Polri bersama masyarakat melakukan salat istiqa di lapangan Jenderal Sudirman, Lhokseumawe, Provinsi Aceh. hari Rabu (28/10). Salat istisqa jajaran Kodam Iskandar Muda yang digelar serentak di 23 kabupaten/kota tersebut untuk meminta Allah SWT menurunkan hujan di tanah air agar berhentinya kebakaran hutan dan lahan Sumatera dan Kalimantan yang telah menyebabkan bencana kabut asap Indonesia. (Foto: Antara)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) yang dilakukan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) telah berhasil menurunkan 83,72 miliar meter kubik air hujan selama 2015 dengan bahan semai 350 ton garam.

"Sedangkan seminggu terakhir telah berhasil dijatuhkan hujan sebanyak 21,3 miliar m3, meliputi Riau, Sumsel, Kalbar, Kalsel dan Kalteng," kata Kepala BPPT Unggul Priyanto kepada wartawan di Pangkalan TNI Angkatan Udara Halim PK di Jakarta, hari Minggu (1/11).

Unggul mengatakan, sebenarnya BPPT telah memulai TMC sejak 22 Juni di Riau selama beberapa hari, dilanjutkan ke Sumsel pada Juli, Jambi pada September, Kalbar pada Agustus dan Kalteng serta Kalsel mulai 15 Oktober dengan menggunakan empat pesawat yakni satu unit CN 295 dan dua Casa 212-200 milik TNI serta satu milik Pelita.

Pelaksanaan TMC, ujar Unggul, selain tergantung dari keberadaan awan yang berpotensi hujan, juga sangat terkendala oleh keterbatasan pesawat, sementara pesawat BPPT hanya satu yang bisa dipakai, empat lainnya dalam perbaikan.

"Kami sudah mohon agar Menko Polhukam bisa membantu lagi. Dan sekarang TNI AU menambah satu unit Hercules C130 untuk operasi TMC yang segera dilakukan di wilayah Sumatera dan Kalimantan. Paling lambat akan diberangkatkan Senin (2/11)," katanya. 

Ia mengatakan, Hercules mampu membawa lima ton bahan semai dan mampu terbang selama delapan jam dibanding Casa yang hanya mampu membawa satu ton garam TMC dan terbang maksimal satu jam, sehingga Hercules lebih efektif berhubung operasi TMC harus dilakukan secara terus-menerus.

Sementara itu, Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Hujan Buatan BPPT Heru Widodo mengatakan, asap pekat bukan hanya berbahaya bagi manusia, tetapi juga jahat terhadap proses terjadinya hujan.

"Asap pekat menghalangi radiasi masuk ke permukaan bumi, akibatnya suhu tidak cukup hangat untuk membuat labil profil udara suhu vertikal yang menjadi media terbentuknya awan dan kondensasi. Akhirnya awan sulit terbentuk dan hujan tidak bisa terjadi," ujarnya.

Awan di wilayah yang asapnya pekat akan berebut uap air yang menyebabkan awan selalu berada di fase mula yang butirannya sangat kecil yakni sekitar dua mikron sehingga proses hujan sulit terjadi, tambahnya.

Karena itu, lanjut dia, TMC sangat penting mengubah awan dari fase mula ke fase matang dengan cara menabur bahan semai NaCl berukuran 10-50 mikron yang akan meningkatkan efisiensi penumbukan dan penggabungan yang merupakan kunci dari proses hujan. 

"Awan pada fase mula memiliki efisiensi tumbukan dan penggabungan di bawah 10 persen, tapi dengan disemai efisiensi meningkat menjadi 80 persen," katanya.

Seluas 1,7 juta ha hutan dan lahan di Sumatera dan Kalimantan telah terbakar dan menyebabkan kerugian ekonomi mencapai triliunan rupiah serta membuat lebih dari satu miliar ton karbon dilepaskan ke atmosfer dan mencemari udara.

Hujan terus-menerus adalah penanggulangan kebakaran yang paling efektif, katanya. (Ant)


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home